JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyerukan peringatan soal bahaya COVID-19 kepada kita. Janganlah kita menganggap COVID-19 main-main, begitu kira-kira pernyataan Mahfud. Bukankah Mahfud sendiri yang main-main dengan COVID-19? Ingat masa awal virus ini jadi pandemi dunia?
Seruan itu disampaikan Mahfud ketika menghadiri acara silaturahmi dengan alim ulama dalam rangka penanganan COVID-19 di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Selasa, 15 Juni. "Kita melihat fakta kebanyakan yang dibawa ke rumah sakit sudah parah," tutur Mahfud, dikutip dari keterangan tertulis.
"Untuk mencegah itu, agar para ulama menyosialisasikan bahwa tes swab itu penting untuk mengetahui dan agar dapat mencegah," kata Mahfud seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu, 16 Juni.
Lebih lanjut Mahfud bertutur soal peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa waktu belakangan, baik di dunia maupun di dalam negeri. Menurut Mahfud hal itu terjadi karena pola pikir masyarakat yang menyepelekan COVID-19 dan 'bermain-main' dengannya. Mahfud juga mengingatkan peningkatan kasus bisa terjadi dalam waktu cepat.
"Jangan kita masih anggap COVID itu main-main. Lihat contoh kasus yang terjadi peningkatan dalam 24 jam di India. Indonesia juga saat ini sudah peringkat 18 dunia dan sampai saat ini sudah mencapai 1,9 juta kasus," terang Mahfud.
Mahfud di awal pandemi
Pada awal Maret 2020, seorang pria di Cianjur dinyatakan positif COVID-19. Hasil positif itu didapat setelah si pria meninggal dunia. Di awal peristiwa kematian korban, Plt Bupati Cianjur Herman Suherman sempat menyatakan kematian korban adalah kasus COVID-19.
Herman kemudian ditegur oleh Mahfud. Herman disebut Mahfud telah menyebar kabar sembarang. Mahfud juga menyebut Herman cari panggung. Lebih jauh, pemerintah pusat meminta pemerintah di daerah tak banyak cakap. Otoritas sepenuhnya ada di pusat.
Namun, belakangan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengonfirmasi kematian itu sebagai kasus COVID-19. Istri dan anak korban pun dipastikan dalam kondisi tertular. Mahfud, diam, tak menimpali.
Saat itu Indonesia telah mengonfirmasi kasus 01 dan 02 di Depok, Jawa Barat. Tiga hari setelah pernyataan Ridwan Kamil, Mahfud membuat pernyataan bahwa kematian virus corona tak lebih banyak dari jumlah korban meninggal akibat penyakit flu biasa.
"Flu biasa itu lebih banyak korbannya yang meninggal," kata Mahfud.
Di hari yang sama, Indonesia melarang masuk pendatang dari Italia, Korsel, dan Iran, tiga negara yang saat itu terdampak paling parah. Empat hari kemudian, pertama kalinya Indonesia mencatat peningkatan drastis kasus COVID-19, dari tujuh orang di tanggal 8 Maret hingga 13 orang di hari itu.
Esokan harinya WHO mendorong Indonesia menetapkan status darurat nasional COVID-19. Dorongan direspons dengan penetapan status bencana nasional nonalam untuk COVID-19 pada 14 Maret.
Tiga hari setelah itu, bertepatan ketika Prancis me-lockdown total seluruh negara, Indonesia menetapkan masa darurat bencana wabah COVID-19 sampai 29 Mei. Sejak itu angka kasus positif COVID-19 terus meningkat.
Pada tanggal 19 Maret, tercatat 309 orang positif, di mana 15 di antaranya sembuh dan 25 meninggal. Di hari itu juga pemerintah menyatakan akan mempersiapkan Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Utara untuk dijadikan rumah sakit darurat.
Jokowi, hari itu juga memerintahkan agar rapid test segera dilakukan. Di China, hari itu mereka mengumumkan kabar baik. Untuk pertama kalinya, tak ada kasus baru sejak kasus pertama diumumkan di Wuhan.
Selain Mahfud, pejabat-pejabat lain juga tercatat melakukan penyangkalan-penyangkalan terhadap pandemi. Sebagaimana kami catat dalam artikel BERNAS berjudul Mencatat Sejarah tentang Respons Indonesia Hadapi COVID-19, beberapa dari mereka bahkan menjadikan virus corona sebagai lelucon.
Sebut saja eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, hingga Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang belakangan terjangkit virus tersebut.
*Baca Informasi lain soal COVID-19 atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.