Bagikan:

JAKARTA - Pengamat militer, Connie Rahakundini Bakri mengatakan ada sosok yang berpengaruh dalam pengadaan sistem persenjataan prajurit. Kata dia, munculnya mafia bisnis dalam sistem pertahanan nasional tersebut makin memerburuk persoalan alat utama sistem pertahanan atau alutsista TNI.

"Ada (mafia bisnis dalam sistem pertahanan nasional), (sebut saja) Mister M," tuturnya dalam diskusi virtual, Minggu, 25 April.

Namun Connie tak menerangkan lebih detail mengenai sosok yang dimaksud. Meski demikian, dia membeberkan menemukan sengkarut alutsista TNI. Salah satunya terkait proyek kendaraan taktis (rantis) Maung yang digagas Kementerian Pertahanan (Kemhan).

"Saya juga menemukan dan siapa yang mau buka. Menurut saya ini bagian dari korupsi. Jangan salah loh, pertama dia beli Hilux utuh, yang diambil hanya sasis, kemudian yang lain-lain dijual kembali. Padahal yang di-charge itu harga satu mobil itu. Kemudian saya pernah lihat 200 mobil (Hilux) yang datang," ucapnya.

Di samping itu, Connie juga menyinggung mengenai kerja sama pembuatan jet tempur Indonesia-Korea bertajuk Korean Fighter Xperiment (KFX) dan Indonesia Fighter Xperiment (IFX). Kerja sama tersebut berpotensi menemui jalan buntu, sebab Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek tersebut.

"Soal KFX-IFX dari awal program itu berjalan, saya menentang. Ayok mundur ke 2009, ada dokumen tidak bisa bohong. Saya menentang karena ini tidak masuk akal saya, bagaimana mungkin bangun sebuah kerja sama fighter jadinya 18 tahun lagi. Kita cuma punya hak 20 persen dari teknologi. Lalu, anehnya belum apa-apa sudah langsung belanja-belanja, lah sekarang kemungkinan itu tidak jadi kita akan rugi lebih besar," jelasnya.

Namun, kata Connie, kalaupun akan dilanjutkan potensi kerugian yang dialami Indonesia akan jauh lebih besar. Bahkan saat alutsista tersebut jadi, alat tempur ini akan jauh tertinggal.

"Tetapi kalaupun kita teruskan, saya kasih tahu aja, saat kita punya itu jadi, orang sudah nyampe generasi 7 pesawat tempurnya. Jadi banyak hal diputuskan tidak masuk akal buat saya," ucapnya.

Karena itu, Connie menantang untuk mengaudit proyek KFX-IFX tersebut untuk mengetahui siapa yang memutuskan proyek KFX-KLX dijalankan. Termasuk, mengaudit komite kebijakan industri pertahanan (KKIP).

"Sekarang Berani tidak mengedit KKIP? Tahu tidak siapa saja di situ? Jadi menurut saya kalau kita betul-betul mau ngomongin pertahanan yang betul murni, memikirkan tentang kekuatan angkatan bersenjata, dan kepentingan nasional Indonesia, serta menyiapkan roadmaps yang baik sesuai visi presiden di 2013 harusnya mudah. Tetapi sekali lagi, pemain-pemain enggak perlu itu (harus) out," tuturnya.

Indonesia berpotensi bayar denda 450 juta dolar AS

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi I DPR M Farhan mengungkapkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menolak melanjutkan kerja sama KFX-IFX. Padahal, PT Dirgantara Indonesia sudah menyetor 250 juta dolar AS.

Dalam pengembangan proyek tersebut, Indonesia sudah punya komitmen senilai 2 miliar dolar AS. Namun, karena kerja sama yang menemui jalan buntu ini membuat Indonesia berpotensi terkena denda sebesar 450 juta dolar AS.

"Jadi suatu pertanyaan adalah apakah memang ketika penandatanganan KFX-IFX ini tidak memertimbangkan sustainability. Apakah menjadi bagian sebuah sistem terintegrasi dalam membangun alutsista? Itu kan pertanyaan yang sampai sekarang enggak berani dijawab," tutur Farhan.

Sementara itu, kata Farhan, sisa dari anggaran tersebut yang sekitar 1,3 miliar dolar AS akan dibelikan pesawat sudah jadi oleh Kemhan. Namun, menurut dia, Komisi I tidak pernah menerima informasi uang tersebut akan dibelanjakan secara terukur sesuai roadmap alutsista.

"Tapi kita tidak pernah diberikan secara gamblang apakah memang 1,3 miliar dolar AS ini akan dibelanjakan pada sebuah alutsista yang fit into roadmap itu," katanya.Mafia Berinisial M Jadi Dalang Sengkarut Alutsista di Tanah Air.

*Baca Informasi lain soal KRI NANGGALA-402 atau baca tulisan menarik lain dari Mery Handayani.

BERNAS Lainnya