Ragam Tanaman Obat Tradisional Penjinak Penyakit, Ganja Termasuk?
Ilustrasi tanaman ganja (Sumber: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Nusantara memang terkenal dengan tanahnya yang subur. Beragam flora dapat tumbuh dengan mudah. Tak terkecuali tanaman obat tradisional yang bisa dimanfaatkan sebagai penawar penyakit. Apakah ganja termasuk?

Segala macam jenis tanaman obat banyak tumbuh di Indonesia. Racikan tradisional itu seperti dijelaskan Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia (pdf) dapat menyembuhkan beragam penyakit. Seperti sakit kepala, penurun demam, hingga sakit gigi. Lantas apa saja ramuannya?

Sakit kepala 

Setidaknya ada tiga jenis tanaman obat tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan sakit kepala tujuh keliling. Pertama adalah ingu.

Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah herba segar. Sementara cara membuatnya yakni tanaman dihaluskan lalu ditempelkan pada pelipis, dan biarkan mengering. Dosisnya, satu kali (5 gram) herba per hari.

Kemudian yang kedua adalah bengle. Bagian yang digunakan untuk mengobati sakit kepala tujuh keliling adalah rimpang segar. 

Cara membuatnya, pertama bahan dihaluskan, tambahkan sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur, kemudian dipakai di pelipis dan biarkan mengering. Sedangkan dosisnya bisa digunakan dua kali sehari. 

Penurun demam

Selain untuk mengobati sakit kepala, tanaman obat juga terbukti ampuh menyirep demam. Yang pertama adalah sambiloto. 

Cara untuk membuatnya yakni dengan merebus bahan dengan dua gelas air sampai surut menjadi setengah. Kemudian dinginkan, saring, tambahkan madu secukupnya dan minum sekaligus. Dosisnya bisa diminum tiga kali sehari.

Tapi sayangnya, tidak semua bisa mengonsumsi tanaman obat ini. Mereka yang tak boleh minum yakni wanita hamil, menyusui, orang dengan alergi. Musababnya, tanaman obat ini juga punya efek samping seperti alergi, muntah, mual hingga kehilangan selera makan.

Sakit gigi

Saking banyak manfaatnya, tanaman obat tradisional bisa juga menyembuhkan sakit gigi. Tanaman gambir misalnya. Bagaimana mengolahnya?

Pertama satu bagian daun tanaman gambir dibuat ekstraknya dengan direbus menggunakan air selama 1 jam. Setelahnya saring air rebusan, peras ampas daun dengan alat sistem ulir. Cairan lalu diendapkan selama dua dua hari. 

Setelah ekstrak jadi, maka tinggal digunakan. Caranya, bahan diseduh dengan setengah gelas air mendidih sampai larut, dinginkan. Lalu gunakan cairan itu untuk berkumur. Dosisnya bisa digunakan dua kali dalam sehari. 

Selain gambir, tanaman patah tulang juga bisa mengobati sakit gigi. Cara membuatnya, yakni patahkan batang, tampung getah 1-3 tetes pada kapas kemudian sisipkan pada gigi yang sakit. 

Obat ini hanya boleh digunakan sekali dalam sehari dengan 1-3 tetes getah. Selain itu penggunaannya juga perlu hati-hati. Sebab, bila terkena mata bisa menyebabkan erosi sampai kebutaan. 

Kontroversi ganja medis

Tanaman obat tradisional Indonesia memang banyak jenis dan kegunaannya. Mulai dari yang boleh dikonsumsi sampai yang dilarang oleh hukum seperti ganja. Seperti kita tahu, beberapa orang memang ada yang memanfaatkan ganja sebagai tanaman obat. Lalu apakah ganja benar-benar bisa menyembuhkan suatu penyakit?

Budaya memanfaatkan ganja untuk kesehatan sejatinya telah dilakukan sejak dahulu kala. Di Aceh, beberapa masyarakat bahkan masih memanfaatkan rebusan akar ganja sebagai pengobatan untuk penyakit diabetes. Kisah ini dituturkan oleh Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN). Berdasar hasil observasi lapangan serta penelitian panjang pada literatur terkait pemanfaatan ganja medis, LGN pun mengajukan kolaborasi penelitian ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Sayang, sejak diajukan bertahun-tahun lalu, penelitian tak kunjung berjalan. Badan Narkotika Nasional (BNN) yang paling mungkin menyediakan ganja untuk penelitian menolak terlibat. BNN berpegang pada Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa ganja sebagai narkotika golongan satu tak dapat dimanfaatkan untuk perihal apapun, termasuk medis. BNN bahkan memiliki versi berbeda, bahwa ganja justru merusak kesehatan.

“Para peneliti sebelumnya telah melihat dampak buruk tersebut. Otak itu kaya dengan oksigen, jika oksigen terkena ganja, maka oksigen terikat oleh tetrahydrocannabinol atau THC maka bisa menyebabkan pengapuran di sel otak sehingga sel itu akan mati. Berapa sel yang mati tidak akan sehat kembali, hanya sisanya yang bisa mengikat oksigen,” kata Kepala Pusat Laboratorium Narkotika BNN Mufti Djusnir dalam keterangannya.

Entah peneliti mana yang dimaksud BNN. Yang jelas, lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (AS), Food and Drug Administration (FDA) telah menyatakan kandungan cannabidiol atau CBD dalam tanaman ganja mampu dimanfaatkan menjadi obat kejang akibat epilepsi. Mengutip HowStuffWorks, Joshua Kaplan, peneliti ganja dari Western Washington University menyebut CBD sebagai senyawa yang sangat selaras dengan kerja tubuh manusia.

CBD bekerja mengaktifkan reseptor serotonin yang berperan penting mengobati kecemasan. Menariknya, CBD identik endocannabinoid, senyawa kimia yang secara alami diproduksi di dalam otak manusia. Endocannabinoid memberi pengaruh besar dalam mengontrol motorik, kognisi, emosi, hingga perilaku seseorang. Artinya, setiap orang memiliki "ganja" di dalam dirinya masing-masing. "Sistem serotonin berperan penting untuk mengobati kecemasan," kata Kaplan.