JAKARTA - Anton Medan atau H. Ramdhan Effendi alias Tan Hok Liang meninggal dunia pada Senin siang, 15 Maret pukul 14.50 WIB. Anton Medan dikenal karena keterlibatannya dengan banyak kejahatan, mulai dari premanisme hingga perampokan. Anton Medan kemudian memeluk Islam pada medio 90-an. Kehidupannya berubah sejak itu. Seperti apa kisha hidup Anton Medan?
Kabar meninggalnya Anton Medan dikonfirmasi Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI) Ipong Hembiring Putra. Anton Medan dikabarkan meninggal di kediamannya, di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Selain Ipong, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga mengonfirmasi kabar duka. Ahok turut menceritakan persahabatannya dengan Anton Medan.
"Semoga Arwahnya diterima di sisi Allah SWT. Turut berduka cita," kata Ahok kepada VOI, Senin, 15 Maret.
Kata Ahok, kabar meninggalnya sang sahabat ia ketahui langsung dari keluarga Anton Medan. Ahok juga bercerita ia sempat menjeguk Anton Medan di kediamannya. "Saya sempat kunjungi beliau di Cibinong. Hampir sejam (saya) di sana ... Beliau setia kawan," kata Ahok.
Dunia kriminal Anton Medan
Dilansir dari berbagai sumber, sentuhan pertama Anton Medan dengan dunia kriminal diawali sejak usianya belasan tahun. Pada usia 12 Anton Medan telah merantau ke Tebing Tinggi. Kehidupannya memang menarik. Anton Medan putus sekolah dan telah jadi tulang punggung keluarga sejak itu.
Di Tebing Tinggi, Anton Medan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi. Suatu hari Anton Medan terlibat masalah dengan salah satu sopir karena ia tak mendapat upah kerja. Haknya. Anton Medan memukuli sopir itu dengan balok. itu jadi kali pertama Anton Medan berurusan dengan polisi.
Perkara hukum lain terjadi ketika Anton Medan pulang kampung. Di Kota Medan, ia terlibat perkelahian dengan sopir bus lain. Anton Medan dipukuli. Tak terima, Anton Medan membalas sopir-sopir itu dengan sabetan parang. Satu orang di antara mereka tewas. Anton Medan dipenjara empat tahun.
Selesai menjalani hukuman, Anton Medan pulang ke rumah. Namun kehadiran Anton Medan justru ditolak oleh orang tuanya. Anton Medan pun memutuskan merantau ke Jakarta. Ia punya satu tujuan di Ibu Kota: rumah pamannya. Seperti kedua orang tuanya, sang paman pun menolak Anton Medan.
Sejak itulah Anton Medan hidup sebatang kara. Anton Medan kali ini benar-benar masuk ke dunia kriminal. Aksi kriminal pertama Anton Medan dimulai dengan menjambret hingga kemudian merampok. Anton Medan makin hanyut. Anton Medan terlibat dalam peredaran obat terlarang.
Anton Medan juga merintis bisnis perjudian. Ia menjadi bandar judi kelas kakap dengan banyak membuka rumah-rumah judi di Ibu Kota. Masa-masa itu terjadi di antara tahun 1972 hingga 1979. Setelahnya Anton Medan dipenjara selamat 12 tahun.
Penjara tak melunturkan 'kebesaran' Anton Medan. Ia yang bebas pada 1986 kembali ke Kalijodo dua tahun kemudian: 1988. Anak-anak buah Anton Medan menyewa tiga lapak di tiga titik yang dikuasai Daeng Aziz, tokoh preman di Kalijodo.
Di sana, Anton Medan menyediakan sejumlah fasilitas perjudian, mulai dari dadu koprok, ta shiao, kartu cap jie kia, hingga roullete. Miliaran uang mengalir ke kantong Anton Medan setiap harinya dalam periode itu.
Hijrah masuk agama Islam
Pada 1992, Anton Medan memutuskan hijrah masuk ke agama Islam. Sebelumnya, Anton menganut Buddha. Anton Medan tak pernah terbayang akan memeluk Islam, hingga ia masuk LP Cipinang. Di sana Anton Medan terdorong melakukan pencarian kembali soal Tuhan.
Dikutip dari Akurat, Anton Medan menyebut orang-orang di LP Cipinang sebagai pihak-pihak berjasa dalam pencariannya akan Tuhan dan Islam. "Saya memilih ganti agama karena saya sadar bahwa agama bukan pelengkap hidup. Agama adalah pedoman hidup, sehingga saya mau mencari Tuhan. Akhirnya ketemu," katanya.
Ada beberapa alasan yang membuat Anton Medan meyakini Islam. "Pertama, Islam kan jelas. Tuhan enggak punya anak dan tidak diperanaki. Kedua, semua orang ngaku punya kitab suci. Yang saya pahami kitab hanya boleh dikatakan suci jika dia bebas campur tangan manusia. Sampai detik ini, selain Alquran, tidak ada kitab suci."
"Nah, ketiga, ternyata saya pelajari Islam membebaskan manusia dari ras diskriminasi, Al-Hujurat ayat 13, 6668 ayat, hampir semua ayat memanggil-manggil manusia ‘Ya Ayyuhalladzina Amanu’, Al-Hujurat ayat 13 tidak. 'Hai manusia aku ciptakan seorang laki-laki dan perempuan, aku kembangbiakkan. Untuk apa? Untuk saling mengenal, saling tolong menolong.' Gua kalau bisa panjang kan repot lu orang. Intinya itu saya pilih Islam."
Anton Medan kemudian mendirikan Majelis Taklim Ata'ibin. Majelis itu menampung banyak mantan narapidana dan pengangguran. Anton Medan mengaku sengaja mendirikan majelis itu untuk membina mereka ke jalan yang benar.
Selain itu Anton Medan juga mendirikan sebuah masjid unik dengan kekhasan Tionghoa. Masjid itu ia namai Masjid Tan Kok Liong. Masjid Anton Medan dibangun di sebuah pondok pesantren yang juga ia dirikan di Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.