JAKARTA – Serangan Iran terhadap Israel menandai peningkatan besar dalam konflik yang telah berlangsung lama antara dua kekuatan regional yang bersaing tersebut. Pengamat menyebut serangan ini berpotensi memicu Perang Dunia III.
Islamic Republic of Iran News Network (IRINN) atau jaringan TV pemerintah Iran melaporkan, pasukan Iran telah meluncurkan ratusan pesawat nirawak atau drone penyerang dari wilayah tersebut menuju Israel pada Sabtu (13/4/2024) tengah malam.
Menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, setidaknya 200 drone Iran menyerang Israel. Serangan tersebut juga melibatkan rudal jelajah dan rudal balistik.
"Beberapa rudal mendarat di Israel," kata Daniel Hagari, dilansir AP News.
Ini merupakan respons atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus pada Senin (1/4/2024) sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Mengutip BBC, misil Israel kala itu menghancurkan gedung dan menewaskan 13 orang termasuk jenderal penting di Garda Revolusi Iran (IRGC), Mohammad Reza Zahedi dan beberapa perwira lainnya.
Sempat jadi Sekutu
Ini adalah serangan pertama Iran terhadap Israel secara langsung setelah selama bertahun-tahun keduanya terlibat dalam “perang bayangan” atau saling menyerang aset masing-masing tanpa mengakui tanggung jawab.
Akibat serangan ini, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas aksi tersebut. Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saed Iravani mengungkap alasan penyerangan tersebut yang dituangkan dalam surat yang ditujukan kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.
“Republik Islam Iran tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan hak pertahanan diri yang melekat pada dirinya jika diperlukan. Jika rezim Israel melakukan agresi militer lagi, tanggapan Iran pasti akan lebih kuat dan tegas, dan lebih tegas,” demikian bunyi surat Iran untuk PBB.
Sebelum terlibat dalam perang terbuka seperti sekarang, faktanya Israel dan Iran pernah memiliki hubungan mesra sampai Revolsi Islam di Iran pada 1979 atau ketika Republik Islam Islam berdiri. Iran merupakan salah satu negara pertama yang mengakui Israel setelah didirikan pada 1948, ketika banyak negara Arab menentangnya.
Di bawah kuasa Shah Mohammed Reza Pahlavi, Iran menyetujui proposal kerja sama diplomatik dengan Israel. Pahlavi yang pro-Barat melihat Iran memiliki masa depan cerah jika hubungan dengan Israel terjalin dengan baik. Kala itu ia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah. Takut sewaktu-waktu Iran terpengaruh rezim komunis bawaan Soviet.
Hubungan baik dengan Israel membuat Iran menjadi cerah, terutama di sektor ekonomi. Marta Furlan dalam studi berjudul Israeli-Iranian Relations (2022) menjelaskan, beberapa kal Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan Amerika Serikat. Proyek tersebut membuat pendapatan negara meningkat pesat. Kedua negara juga saling terlibat di sektor militer.
BACA JUGA:
Tapi kemesraan mereka pupus pada 1979, tepatnya saat terjadi Revolusi Iran yang membuat Reza Pahlavi tak lagi berkuasa. Revolusi ini mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran yang galak terhadap Israel dan AS.
Iran tidak mengakui hak Israel untuk hidup dan berusaha memberantasnya. Pemimin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga menyebut Israel sebagai “tumor kanker” yang pasti akan dicabut dan dihancurkan.
Sedangkan Israel percaya bahwa Iran merupakan ancaman nyata sebagaimana dibuktikan oleh retorika Teheran. Sebut saja pembentukan kekuatan proksi yang bersumpah menghancurkan Israel, pendanaan dan suplai persenjataan terhadap kelompok-kelompok Palestina termasuk Hamas dan kelompok militan Syiah di Lebanon, Hizbullah, serta upaya rahasia untuk membuat senjata nuklir meski Iran membantah berupaya membuat bom nuklir.
Tergantung Amerika Serikat
Serangan terang-terangan Iran terhadap Israel kini menjadi perhatian banyak kalangan, seolah memecah fokus di mana Israel juga masih melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap Palestina.
Pemerintah Rusia termasuk salah satu yang langsung memberi pernyataan terkait serangan Iran ke Israel. Rusia meminta semua pihak di kawasan menahan diri.
"Kami mengandalkan negara-negara di kawasan untuk menyelesaikan masalah yang ada melalui cara politik dan diplomatik," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
"Keprihatinan ekstrem atas eskalasi berbahaya terbaru di wilayah tersebut," imbuhnya.
Setelah Iran menembakkan 300 rudal dan drone berbagai jenis ke Israel, kekhawatiran soal kemungkinan eskalasi konflik ke level global.
Ketegangan di kawasan Timur Tengah juga dinilai berpotensi menjadi cikal bakal terjadinya Perang Dunia III. Hal ini bisa saja terjadi jika AS ikut campur dengan membantu Israel. Pasalnya, hal ini akan memicu negara lain untuk mendukung Iran.
"Bila AS akan tetap membantu Israel dalam serangan balasan ke Iran, bukannya tidak mungkin negara-negara lain seperti Korea Utara dan Rusia akan membantu Iran," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto, mengutip Kompas.
"Perang di Timur Tengah akan bereskalasi yang menjurus pada terjadinya Perang Dunia III yang tentunya akan merugikan seluruh umat manusia," sambungnya.