Bagikan:

JAKARTA – Komika Kiky Saputri tengah berduka setelah mengalami keguguran akibat kista. Tak hanya itu, Kiky juga harus menjalani pengangkatan ovarium atau indung telur bagian kiri.

Kiky menceritakan pengalaman pahitnya bersama sang suami, Muhammad Khairi, di kanal YouTube pribadinya, Senin (18/4/2024). Pemilik nama lengkap Rizhky Nurasly Saputri ini bercerita ia mengalami keguguran saat kandungannya memasuki 10 minggu. Janin yang berada di kandungannya tak bisa bertahan karena kista yang ia derita.

Komika Kiky Saputri mengalami keguguran saat kandungannya berusia 10 minggu akibat kista ovarium yang dialami. (Instagram/@kikysaputrii)

Meski mengaku sudah mengetahui adanya kista sejak setahun lalu, Kiky Saputri tetap tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Apalagi setelah keguguran, kista yang menempel di ovariumnya ternyata makin membesar meski telah melakukan kuret. Hal ini harus dilakukan agar kista tidak semakin berkembang dan menjalar ke organ tubuh lainnya.

Sering Ditemukan pada Usia Reproduktif

Dilansir AI Care, ovarium adalah organ yang berbentuk mirip seperti almond, yang merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki dua ovarium, satu di sisi kanan dan satu di sisi kiri pada setiap rahim.

National Health Service menjelaskan dua fungsi utama ovarium, yaitu untuk melepaskan sel telur setiap 28 hari dalam siklus haid dan melepaskan hormon seksual yaitu estrogen dan progesterone, yang berperan penting dalam sistem reproduksi.

Sementara itu, kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium. Penyakit ini sangat umum terjadi dan biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Kebanyakan kista ovarium terjadi secara alami dan hilang dalam beberapa bulan tanpa memerlukan pengobatan apa pun.

Kista adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita di usia reproduktif. Menurut data Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence (Globocan) pada 2018, sebanyak 295.414 wanita didiagnosis menderita kista ovarium dan 4,4 persen kematian di antaranya terkait dengan kanker.

Di Indonesia sendiri angka kejadian pada 2018 dilaporkan sebanyak 13.310 wanita menderita kista ovarium dan dengan angka kematian hingga 3,8 persen atau 7.842 orang meninggal.

Disebut Silent Killer

Mengutip AI Care, kista ovarium umumnya tidak bergejala apa pun sampai kondisinya pecah, berukuran terlalu besar, atau menyumbat darah ke dalam ovarium. Meski demikian, kista ovarium yang besar dapat menyebabkan sejumlah gejala seperti mengalami rasa sakit di pinggul, sakit ketika berhubungan intim, dan kesulitan buang air besar.

“Haid tidak teratur serta terlalu sedikit dan terlalu banyak juga menjadi salah satu tanda kista ovarium,” demikian dikutip NHS.

Karena tidak memiliki gejala spesifik, penderita penyakit kebanyakan baru melakukan pengobatan justru ketika kista ovarium sudah membesar. Dilansir laman resmi Universitas Airlangga, sebanyak 70 persen pasien yang datang ke rumah sakit biasanya sudah stadium lanjut.

Ilustrasi kanker ovarium (Antara/Shutterstock/mi_viri)

Kista ovarium sering juga disebut silent killer karena banyak wanita yang terlambat mengetahui tentang kista ketika sudah teraba dari luar atau membesar. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2 persen.

Untuk mengetahui ada tidaknya kista ovarium dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya yang paling umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan Transvaginal Ultrasound (TVS) dan pemeriksaan histopatologis.

Walau dianggap tidak berbahaya dan dapat menghilang dengan sendirinya, kista ovarium tidak dapat disepelekan karena berpotensi bengkok atau pecah sehingga menyebabkan gejala serius.

Selain itu, pada beberapa kondisi kista ovarium jinak bisa berpotensi menjadi ganas atau kanker ovarium. Sebelum menopause, kista ovarium biasanya tidak bersifat ganas. Namun setelah menopause, kista ovarium jinak bisa lebih berisiko menjadi ganas. Kista ovarium ganas mengandung sel-sel kanker yang bisa menyebabkan kanker ovarium.

Hal ini didukung oleh hasil analisis yang menyebut usia merupakan faktor utama sebagai faktor risiko keganasan ovarium. Pada usia premenopause, risiko keganasan kista ovarium adalah 1:1000, sehingga dapat dikatakan bahwa kista ovarium sangat jarang berkembang menjadi kanker ganas sebelum menopause.