Sejarah Hari Kanker dan Prediksi Peningkatan Kematian di Masa Depan
Ilustrasi foto (National Cancer Institute/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap 4 Februari, dunia memeringati Hari Kanker. Peringatan ini untuk meningkatkan kesadaran global terhadap kanker. Hari Kanker Dunia dimulai tahun 2000 pada KTT Dunia Melawan Kanker pertama, yang diadakan di Paris, Prancis.

Mengutip Britannica, Kamis, 4 Februari, pada pertemuan tersebut, para pemimpin lembaga pemerintah dan organisasi kanker dari seluruh dunia menandatangani Piagam Paris Melawan Kanker, sebuah dokumen yang berisi sepuluh artikel yang mengurai komitmen kerja sama global untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan investasi berkelanjutan dalam dan kemajuan penelitian, pencegahan, dan pengobatan kanker.

Kesadaran akan penyakit kanker menjadi sangat penting di abad ke-21. Meskipun ada banyak kemajuan dalam pemahaman, diagnosis dan pengobatan kanker, jumlah kasus kanker baru yang terdiagnosis setiap tahun secara global terus meningkat.

Data memprediksi

Terdapat 8,1 juta kasus baru yang didiagnosa pada 1990, 10 juta pada 2000, 12,4 juta pada 2008, dan 14,1 juta pada 2012. Jumlah kematian tahunan di seluruh dunia akibat kanker juga meningkat dari 5,2 juta orang pada 1990 menjadi 8,2 juta orang pada 2012 menjadi sekitar 9,6 juta pada 2018. 

Menurut World Health Organization (WHO), jika kejadian kanker terus meningkat pada tingkat yang dilaporkan, jumlah kematian di seluruh dunia akibat kanker akan meningkat menjadi lebih dari 16,3 juta pada 2040. Namun, juga menurut WHO, sebanyak 40 persen kematian akibat kanker dapat dicegah.

Hasilnya, meningkatkan kesadaran akan pencegahan kanker telah menjadi tujuan utama dari banyak organisasi kanker dan kesehatan di seluruh dunia. Hari Kanker Dunia hadir untuk mewakili penegasan kembali tahunan akan pentingnya tujuan ini.

Kanker di Indonesia 

Kanker jadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Menurut riset, penderita kanker di Indonesia juga mengalami kenaikan.

Menurut Global Cancer Observatory, yang dikutip situs Kementerian Kesehatan RI, penderita kanker di Indonesia pada 2018 adalah 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian. Data tersebut juga menyatakan satu dari delapan laki-laki dan satu dari sebelas perempuan, meninggal karena kanker.

Dari total tersebut, angka kejadian tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dengan total 58.256 kasus (30,9 persen), disusul kanker serviks sebanyak 32.469 kasus (17,2 persen), dan kanker ovarium 13.310 kasus (7,1 persen).

Sementara untuk pria kasus terbesar adalah kanker paru-paru sebesar 22.440, disusul kanker usus besar dan rectum dengan total 19.113 kasus, dan kanker hati sebanyak 14.238 kasus. Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling mematikan, disusul kanker payudara, kanker serviks, dan kanker hati.

Kemenkes RI memiliki 4 pilar dalam penanganan kanker di Indonesia. Pilar pertama terkait promosi kesehatan, yaitu bagaiman Kemenkes memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat khususnya untuk pencegahan kanker.

Sementara untuk pilar kedua, soal deteksi dini. Meskipun merasa sehat, namun diharapkan masyarakat melakukan cek kesehatan ke fasilitas layanan kesehatan. Pilar ketiga, perlindungan khusus seperti vaksinasi. Sementara pilar keempat, pengobatan. Hal tersebut dilakukan dengan memperkuat rumah sakit melalui kelengkapan fasilitas dan alat kesehatan serta menyediakan dokter yang ahli.