Apa Itu Kondisi <i>Stall</i> Pesawat yang Diduga Dialami Sriwijaya Air SJ-182?
Tim SAR menemukan puing pesawat diduga Sriwijaya Air SJ 182 (Sumber: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Data Flightradar menunjukkan dugaan pesawat mengalami stall sebelum menukik tajam. Apa yang dimaksud kondisi stall pesawat?

Deborah Balter, dalam buku Aeronautical Dictionary menjelaskan stall sebagai salah satu malfungsi penerbangan. Stall rawan terjadi di awal keberangkatan: dimulai dari lepas landas, memeroleh ketinggian, hingga manuver --biasanya berputar.

Buku itu juga menjelaskan stall dapat dipicu dua hal. Pertama karena perbedaan sudut antara sayap pesawat dan aliran angin. Perbedaan itu biasa disebut Angle of Attack.

Stall rawan terjadi ketika Angle of Attack terlalu besar, biasanya melebihi 15 derajat. Dalam hal ini, secara prinsip pesawat didesain khusus untuk tetap bisa terbang meski dengan kecepatan 280 kilometer per jam.

Hal itu memungkinkan karena sayap pesawat memiliki kemampuan membelokkan udara ke bawah. Hal itu yang membuat badan pesawat bisa terangkat.

Namun ada syaratnya. Fungsi fisika itu hanya bisa terjadi jika udara mengalir ke bagian belakang permukaan sayap. Sederhananya, pesawat mengalami pendakian yang terlalu cepat ketika kondisi stall terjadi.

Selain malfungsi fisika, stall juga dapat terjadi jika cairan dalam pipa bensin pesawat macet. Kondisi ini biasa disebut vapor lock.

Kondisi yang sudah dilatih

Pada umumnya, stall adalah kondisi yang kerap jadi bagian dalam pelatihan pilot. Panduan Stall and Spin Accidents yang dikutip Kompas.tv, Minggu, 10 Januari menjelaskan kondisi stall merupakan bagian penting dari pelatihan pilot.

Bahkan, dalam pelatihan, para pilot diharuskan melakukan stall secara sengaja untuk melatih kemampuan menanganinya di kondisi nyata. Dalam skenario Angle of Attack, dijelaskan sejumlah tanda yang dapat dilihat sebagai indikasi.

Pertama, pusaran angin di permukaan atas sayap. Tanda lainnya adalah hentakan atau getaran pesawat. Secara teknologi, pesawat memiliki sistem peringatan untuk mengantisipasi kondisi ini. Dalam kondisi ini pilot diharuskan menurunkan hidung pesawat.

Bila sudut sayap tetap melebar, seluruh bagian sayap akan mulai berputar dan kehilangan fungsinya. Kondisi itu akan membuat pesawat miring ke depan hingga terjatuh.

Stall tak selalu terjadi pada dua sisi pesawat, tapi juga hanya di satu sayap pesawat. Hal ini biasa terjadi ketika pesawat terbang melengkung. Dalam kondisi itu seluruh pesawat dapat jatuh seperti batu.

Dalam kondisi ini dibutuhkan keahlian dan pengalaman seorang pilot. Selama ketinggian cukup, pilot dapat mengontrol pesawat untuk memulihkan kondisi terbang.

AOPA Air Safety Institute mencatat persentase terjadinya stall dalam penerbangan komersial di angka 5 persen sepanjang tahun 2000 hingga 2015.

Bagaimanapun, artikel ini dibuat sebagai gambaran dari sebuah wawasan umum. Adapun kondisi stall pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang disinggung masih berupa dugaan yang merujuk pada data penerbangan Flightradar. Pernyataan resmi otoritas tetap dibutuhkan sebagai rujukan yang lebih terang.