KRI Rigel, Kapal Survei Tercanggih di Asia yang Jadi Kekuatan Utama Pencarian Sriwijaya Air SJ 182
Anggota TNI mempersiapkan operasi pencarian Sriwijaya Air SJ 182 (Sumber: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Badan SAR Nasional (Basarnas) mengerahkan pesawat, helikopter, serta sejumlah kapal, termasuk KRI Rigel dalam operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Apa kecanggihan KRI Rigel? Seperti apa spesifikasinya? Operasi penting apa yang pernah melibatkannya?

KRI Rigel adalah kapal yang memiliki kemampuan spesifik untuk mengambil gambar tiga dimensi di bawah laut. Panglima Koarmada I Laksamana Muda Abdul Rasyid mengatakan, KRI Rigel akan difokuskan untuk menangkap berbagai citra di sekitar lokasi pencarian SAR.

Untuk melakukan deteksi kedalaman full covered itu, KRI Rigel akan menggunakan Multibeam Echosounder EM2040 dan Side Scan Sonar. Teknologi tersebut untuk mencitrakan badan pesawat dan High Precision Acoustic Positioning (HIPAP) dengan Frekuensi A dan B.

Adapun titik sebar sejauh ini dilakukan di sekitar Pulau Laki, "... dan ini tetap berkoordinasi dengan kapal Basarnas dan kapal lain di laut," Abdul Rasyid.

Kapal survei tercanggih se-Asia

KRI Rigel secara umum adalah kapal yang digunakan TNI AL untuk menyediakan data hido-oseanografi atau peta laut untuk navigasi pelayaran. KRI Rigel disebut sebagai kapal survei bawah laut paling canggih di Asia untuk jenis Bantu Hidro-Oseanografi (BHO).

Menurut catatan, KRI Rigel didatangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dengan OCEA Prancis. Selain sebagai kapal survei, KRI Rigel 933 juga dapat digunakan untuk operasi militer. KRI Rigel memiliki persenjataan mitraliur berkaliber 20 milimeter dan kaliber 12,7 milimeter. 

Selain itu, KRI Rigel juga mumpuni dalam kegiatan SAR, sebagaimana hari ini diturunkan untuk pencarian Sriwijaya Air SJ 182. Secara spesifik, KRI Rigel adalah kapal berenis Multi Purpose Research Vessel (MPRV).

KRI Rigel (Sumber: Commons Wikimedia)

Terkait dengan pencitraan bawah laut, KRI Rigel dilengkapi peralatan Autonomous Underwater Vehicle (AUV). Peralatan ini berfungsi untuk kegiatan pencitraan bawah laut hingga kedalaman seribu meter. Dengan teknologi itu, KRI Rigel juga dapat mengirim kembali data secara periodik ke kapal utama, dalam hal ini adalah kapal BHO.

KRI Rigel juga dilengkapi Remotely Operated Vehicle (ROV), Laser Scaner --untuk mengambil gambar daratan, Side Scan Sonar, Automatic Weather Station, serta Echosounder Multibeam laut dalam dan singlebeam, hingga peralatan Conductivity Temperature Depth (CTD), dan Gravity Cores.

Secara fisik, KRI Rigel terbuat dari alumunium dengan bobot 560 ton. KRI Rigel memiliki panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter.

Pencarian Lion Air JT 610

Sebelumnya, KRI Rigel milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) juga jadi kekuatan penting dalam evakuasi pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, 29 Oktober 2018. Selain evakuasi, KRI Rigel juga dikerahkan untuk mencari kotak hitam (black box) Lion Air JT 610.

Saat itu KRI Rigel melakukan deteksi kedalaman full covered dengan menggunakan teknologi Multibeam Echosounder EM2040 dan Side Scan Sonar. Teknologi itu digunakan untuk mencitrakan badan pesawat dan High Precision Accoustic Positioning (HIPAP) dengan frekuensi A dan B.

Selain KRI Rigel, otoritas kala itu juga melibatkan armada lain, misalnya KN SAR Basudewa Jakarta, Kapal Baruna Jaya, hingga Kapal Pertamina. Seluruh armada itu dikerahkan di daerah prioritas pertama.

Sementara, untuk daerah prioritas kedua, pencarian dilakukan oleh 15 kapal Basarnas, Kementerian Perhubungan, Polair, KPLP, juga Bea Cukai. Luas area pencarian kala itu ditentukan 124,3197 nautical mile dengan luas daerah prioritas pertama 62 nautical mile.