Bagikan:

JAKARTA - Pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di kawasan perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu, 9 Januari.

Kali pertama diluncurkan pada 1987, Boeing 737-500 kali pertama dipakai secara komersil oleh maskapai Southwest Airlines, Amerika Serikat. Total ada 389 unit Boeing 737-500 yang diproduksi.

Kecelakaan maut terakhir yang menimpa armada 737-500 terjadi pada 17 Novemver 2013 silam. Saat itu, Tatarstan Airlines dengan nomor penerbangan 363 rute Moskow - Kazan (Rusia), jatuh saat hendak mendarat di Bandar Udara Internasional Kazan.

Seluruh penumpang yang berjumlah 44 orang dan 6 awak pesawat dinyatakan tewas akibat pesawat jatuh dan meledak. Bandara pun sempat ditutup selama 24 jam akibat peristiwa ini.

Sebelumnya, pada 14 September 2008, pesawat Boeing 737-500 milik Aeroflot rute Moskow-Perm (Rusia) mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh awak pesawat dan penumpang yang berjumlah 88 orang saat hendak mendarat di Perm International Airport. 

Ada pula kecelakaan yang dialami EgyptAir dengan nomor penerbangan 843 rute Mesir-Tunisia pada 7 Mei 2002. Penyebabnya, pesawat menabrak bukit di dekat Bandara International Tunisia.

Tiga dari enam awak pesawat meninggal, penumpang yang meninggal 11 orang dari total 56 penumpang. Kecelakaan lain yang melibatkan Boeing 737-500 terjadi pada maskapai Asiana Airlines dengan nomor penerbangan 733 rute Seoul-Mokpo pada 26 Juli 1993 saat hendak mendarat.

Dari total 116 awak pesawat dan penumpang, 68 orang di antaranya tewas dalam kecelakaan ini.  Melansir Aeorinside, sejumlah maskapai penerbangan yang menggunakan Boeing 737-500 mengalami berbagai masalah penerbangan dengan berbagai sebab.

Sepanjang tahun 2020 lalu saja, ada 5 peristiwa yang melibatkan masalah dengan Boeing 737-500. Total Aeroinside mencatat ada 149 masalah penerbangan terkait dengan Boeing 737-500 sejak tahun 2012. 

Teranyar, ada Boeing 737-500 milik UTAir dengan nomor penerbangan UT-435 tujuan Surgut (Rusia) ke Krasnodar (Rusia) yang harus melakukan pengalihan penerbangan dan pendaratan darurat di Tyumen setelah terbang selama 100 menit pada 29 Desember 2020. Penyebabnya, permasalahan pada Altimeter dan indikator kecepatan udara.

Pada 19 Desember 2020, Boeing 737-500 milik UTAir dengan nomor penerbangan UT-6410 tujuan Igarka to Ufa mengalami masalah tekanan dalam kabin saat menurunkan ketinggiannya. Pesawat pun akhirnya mengalihkan perjalanan dengan mendarat di Surgut, 100 menit setelah lepas landas.

Berikutnya, Boeing 737-500 milik Air Djibouti dengan nomor penerbangan IV-206 harus melakukan pendaratan keras setelah mengalami masalah pada mesin utama sebelah kanan pada 2 Desember 2020 lalu. 

Kemudian, Boeing 737-500 milik SCAT dengan nomor penerbangan DV-766 dari Atyrau ke Nur Sultan (KaZakhstan) hari harus putar balik dan mendarat kembali di Atyrau pada 10 November 2020 lalu. Penyebabnya, pesawat menabrak segerombolan burung, menyebabkan mesin bernomor CFM56 mengalami masalah dan mengeluarkan suara bising. 

Ada juga Boeing 737-500 milik UTAir dengan nomor penerbangan UT-535 rute Moskow - Usinsk (Rusia) harus melakukan pendaratan keras hanya 15 meter sebelum pendaratan pada 9 Februari 2020. Pesawat tergenlincir menyebabkan tumpahan bahan bakar. Namun, tidak ada kebakaran dan korban jiwa.