Hari AIDS Sedunia: Terinfeksi HIV Bukan Akhir Segalanya, Semangat Hidup Harus Terus Dijaga
Satukan langkah cegah HIV. Semua setara akhiri AIDS. (Dinkes Kalbar)

Bagikan:

JAKARTA – Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah kesehatan global hingga saat ini. WHO mencatat ada sekitar 38,4 juta orang hidup dengan HIV di seluruh dunia pada 2021. Sebanyak 10 persen di antaranya berasal dari wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Prevalensi HIV di sebagian besar wilayah Indonesia, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, adalah 0,26 persen. Sementara di Papua mencapai 1,8 persen. Sebagian besar kasus HIV terjadi di kelompok usia 25-49 tahun.

Imran tak menampik, penanggulangan HIV di Indonesia masih cukup menantang. Berdasar pengamatan data periode 2018-2022, upaya pencegahan penularan HIV khususnya pada perempuan, anak, dan remaja belum optimal.

“Setiap tahun, masih ditemukan anak dengan HIV yang menunjukkan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan,” kata Imran dalam Temu Media Hari AIDS Sedunia 2022 yang diikuti secara daring pada 29 November 2022.

Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir saja, HIV telah menginfeksi 12.533 anak di bawah usia 14 tahun. Didominasi oleh laki-laki dan dari jumlah ini, hanya 7.800-an anak yang sudah menjalani pengobatan.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi dalam Temu Media secara daring pada 29 November 2022. (Tangkapan Layar YouTube)

Gapnya masih cukup tinggi,” ucap Imran.

“Sehingga, pengetahuan orangtua menjadi kunci utama mencegah anak terinfeksi HIV. Orangtua harus mulai meningkatkan edukasi terkait kesehatan reproduksi dan menjauhi perilaku-perilaku yang berdampak buruk terhadap kesehatan dia dan anaknya,” imbuh Imran.

HIV menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Penularannya bisa melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV. Risiko penularan semakin besar bila sering berganti pasangan atau melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan dan tidak menggunakan kondom.

HIV juga menular melalui penggunaan bersama jarum suntik, jarum tindik, jarum tato yang terkontaminasi HIV. Selain itu, ibu yang terinfeksi juga bisa menularkan HIV ke bayi yang dikandungnya selama kehamilan, saat melahirkan, atau saat menyusui.

Fase Menuju AIDS

Dalam prosesnya, orang yang terinfeksi HIV tidak langsung mengidap Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Melansir buku ‘Mengkaji HIV/AIDS dari Teoritik Hingga Praktik’, transmisi infeksi HIV menjadi AIDS terdiri dari lima fase:

  1. Periode jendela. Periode ini memiliki rentang waktu 1-6 bulan setelah infeksi. Tidak menunjukkan gejala apapun pada penderita.
  2. Fase infeksi HIV primer akut. Periode ini memiliki rentang waktu 1-2 pekan dengan gejala serupa infeksi saluran pernapasan atas.
  3. Infeksi asimtomatik. Periode ini memiliki rentang waktu 1 tahun sampai lebih dari 15 tahun dengan tidak menunjukkan gejala pada penderita.
  4. Supresi imun simtomatik. Periode ini memiliki rentang waktu lebih dari 3 tahun dengan gejala-gejalan tertentu, di antaranya demam, keringat pada malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati lemah, rash, limfadenopati, dan lesi mulut.
  5. Periode ini memiliki rentang waktu bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan dengan gejala ditemukannya infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh serta manifestasi neurologist.

“HIV AIDS merupakan penyakit menular yang bisa diobati. Bila sudah divonis positif mengidap AIDS jangan berkecil hati. Ini bukan akhir dari segalanya,” kata Imran Pambudi.

Efavirenz buatan Kimia Farma, salah satu obat antiretroviral (ARV) yang digunakan untuk pengobatan pengidap HIV AIDS. (AIDS Coalition)

Orang dengan HIV AIDS (ODHA) dapat menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) yang tujuannya mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita, dan menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Sebagai penunjang pengobatan, ODHA juga harus rutin konseling kepatuhan berobat, konseling KB, dan menjaga nutrisi dan pola hidup sehat.

Mari mengulurkan tangan, bergerak bersama mengakhiri AIDS di Indonesia dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.

Satukan langkah cegah HIV. Semua setara akhiri AIDS.