JAKARTA - Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) menganiaya teman sekelasnya. Dalam video berdurasi 1 menit 41 detik yang beredar di media sosial, siswi tersebut terlihat kalap. Bak menangkap maling, dia berulangkali memukuli teman perempuannya bahkan sengaja naik ke meja untuk menendang kepala.
Korban tak melawan dan hanya menangis. Sejumlah teman-teman lainnya yang menyaksikan itu juga tidak berusaha melerai.
Dari informasi yang beredar, pelaku dan korban adalah murid kelas 5 SD Islamiyah 3 Kota Ternate, Maluku Utara. Aksi
divclass"my-3 text-center">
divclass"row">
divclass"col-12 d-flex align-items-center justify-content-center">
" target="_blank" rel="noopener">perundungan terjadi di dalam kelas pada jam istirahat. Pelaku kesal terhadap korban karena tidak memberikan contekan saat ulangan. Mirisnya lagi, aksi ini sengaja direkam pelaku dan diunggah ke media sosial.
Menurut Kepala Bidang Sekolah Dasar Disdik Ternate Nurlela H Syarbin, meski telah melakukan kesalahan fatal pihak sekolah tidak akan mengeluarkan pelaku dengan dalih masih di bawah umur.
“Namun, kami dari Disdik mengambil tindakan tegas untuk guru-guru dan kepsek. Saya sudah tekankan tiga hal yang harus dihindarkan dari dunia pendidikan bullying, kekerasan, dan intoleransi. Selanjutnya, dikembalikan ke pihak sekolah dengan orangtua kedua belah pihak," jelas Nurlela.
Aksi serupa terjadi lagi pada 17 November 2022. Sejumlah murid SMP Plus Plus Baiturrahman, Kota Bandung merundung teman sekelasnya. Dalam video berdurasi 41 detik yang juga viral di media sosial terlihat pelaku sengaja memakaikan helm kepada korban.
Kemudian, pelaku memukul dan menendang kepala korban dari belakang. Setelah satu pukulan dan empat kali tendangan, korban jatuh tersungkur. Kabarnya mengalami pingsan. Namun, Kepala Sekolah SMP Plus Baiturrahman Saefullah Abdul Muthalib mengatakan korban hanya mengalami pusing.
Anggota DPR RI Ahmad Sahroni yang memposting video tersebut menuliskan, “1 kata buat Itu orang BIADAB.”
Aksi tak bermoral juga ditunjukkan oleh enam pelajar di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Ketika akan berangkat sekolah, mereka sengaja menghentikan sepeda motornya, menghampiri seorang nenek. Seorang pelajar menyapa singkat Si Nenek.
Tiba-tiba, seorang pelajar lainnya turun dari sepeda motor dan langsung menendang Si Nenek hingga jatuh terduduk di pinggir jalan. Korban kemudian berdiri dan pergi. Enam pelajar tersebut tampak tertawa gembira setelah melakukan aksinya.
Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Imam Zamroni mengatakan sudah memanggil orangtua para pelajar, pihak sekolah, dan kepala desa setempat.
“Dari keterangan pelaku, mereka hanya iseng dan tidak ada niat melukai,” kata Imam dalam akun instagram @official.polrestapsel, 21 November lalu.
Sahroni meminta Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bertindak tegas terhadap aksi
divclass"my-3 text-center">
divclass"row">
divclass"col-12 d-flex align-items-center justify-content-center">
" target="_blank" rel="noopener">perundungan yang dilakukan oleh pelajar. Sehingga, bisa memberikan efek jera bagi para pelaku.
“Pak mentri @nadiemmakarim @pustekkom_kemdikbud tolong semua pihak berikan edukasi kpd mereka yg sekolah di usia anak2 dan Remaja agar kejadian seperti ini tidak terulang, Banyak sekali belakangan kejadian demikian membully org2 Lemah...Nti kalo dah tangkep tuh Bocah pasti Nangis2 minta maap,” kata Sahroni di akun instagramnya pada 20 November lalu.
Menko Polhukam Mahfud MD meminta para pelajar dihukum. "Harus ada tindakan tegas. Anak-anak itu sangat biadab, masa nenek renta begitu diejek dan ditendang secara brutal. Untuk anak yang belum dewasa secara pidana ancaman hukumannya setengah dari ancaman hukuman normal."
divclass"my-3 text-center">
divclass"row">
divclass"col-12 d-flex align-items-center justify-content-center">
" target="_blank" rel="noopener">perundungan, kekerasan seksual, dan radikalisme, Nadiem juga pernah menyatakan, “Harus ada tindakan tegas. Harus ada konsekuensi yang sangat berat bagi pelaku. Tidak ada toleransi sama sekali untuk tiga dosa itu."
Menyelaraskan Sistem Pendidikan
Harus diakui, Indonesia saat ini tengah mengalami krisis identitas. Masyarakat sebagai suatu bangsa mulai melupakan nilai-nilai Pancasila. Tak ada lagi semangat gotong-royong, bermusyawarah, dan semangat saling asah, asih, dan asuh. Padahal, inilah karakter dan jatidiri bangsa.
Apa jadinya bila kondisi itu terus dibiarkan? Apakah visi Indonesia Raya pada 2045 menjadikan Indonesia 5 kekuatan ekonomi terbesar dunia dapat terwujud? Atau, apakah Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi dengan baik?
Prof. Dr. Subroto mewanti-wanti, bila hari ini kita lengah, bonus demografi justru akan membawa Indonesia ke arah jurang permasalahan yang mengerikan. Itulah mengapa sistem pendidikan menjadi hal mutlak. Pendidikan adalah pintu terpenting dalam upaya menumbuhkan karakter.
“Kepemimpinan tanpa pengetahuan dan keterampilan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Begitu juga pengetahuan dan keterampilan tanpa dilandasi dengan karakter yang baik, hanya akan membawa bencana kemanusiaan,” kata Subroto dalam buku ‘Indonesia di Tanganmu’.
Belasan tahun lalu, Sutradara Garin Nugroho juga sempat mempertanyakan mengapa pendidikan nasional lebih memprioritaskan kebutuhan pasar dibanding mendorong pembangunan karakter.
“Padahal, pasar tanpa karakter akan hancur dan akan menghilangkan aspek-aspek manusia dan kemanusiaan,” Masnur Muslich menuliskan dalam bukunya ‘Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional’.
Kondisinya tak jauh berbeda saat ini. Bahkan, kata Pakar Komunikasi dari Uhamka, Said Romadlan sistem pendidikan tidak jelas mau ke arah mana. “Karakter enggak, science juga enggak, serba tanggung semua.”
Menurut Masnur, cukup banyak contoh empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan bangsa. Lihat China dan India yang posisi perekonomian negaranya sudah jauh melampaui Indonesia saat ini.
Masnur memberikan solusi untuk membangun karakter bangsa, antara lain: menginternalisasikan pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai dengan tahap perkembangan usia anak.
Masnur memberikan solusi untuk membangun karakter bangsa, antara lain:
Menginternalisasikan pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai dengan tahap perkembangan usia anak.
Memakai acuan nilai dari sembilan pilar karakter, yakni cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kemandirian dan tanggung jawab; kejujuran dan bijaksana; hormat dan santun; dermawan, suka menolong dan gotong royong; percaya diri, kreatif, dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; serta toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Mengajarkan pilar-pilar dalam kurun 2 tahun sekolah
Menggunakan kurikulum karakter yang diterapkan dengan refleksi pilar setiap hari selama 20 menit
Menggunakan sistem Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter
Menggunakan teori Development Appropriate Practices,teori Integrated Learning System, metode pembelajaran inquiry based learning dan coorperatice learning.
Menanamkan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia.
Tiga peran penting generasi muda dalam upaya pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut:
Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif.
Pemuda sebagai pemberdaya karakter
Pemuda sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adatifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa
Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa.
“Langkah tersebut hanyalah sebagian dari langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh pemerintah Indonesia,” kata Masnur.