Skandal Ini Membuat Dunia Ragukan Sinovac yang Didatangkan Indonesia Kemarin Malam
Vaksin Sinovac tiba di Bandara Soetta (Sumber: Sekretariat Negara)

Bagikan:

JAKARTA - Vaksin COVID-19 Sinovac Biotech telah didatangkan oleh pemerintah Indonesia, mendarat di Bandara Soekarno-Hatta kemarin malam, Minggu, 6 Desember. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bilang Sinovac akan jadi harapan baru Indonesia. Semoga saja benar. Sebab di balik harapan itu pengembang vaksin asal China sejatinya mencatatkan skandal suap.

Skandal suap itu terjadi pada 2016, di mana Sinovac menyuap Badan Pengawas Obat dan Makanan China. Suap itu diketahui terkait izin pengembangan vaksin SARS pada 2003 dan flu babi pada 2009. Suap itu membuat dunia internasional meragukan vaksin Sinovac.

Melansir Washington Post, Senin, 7 Desember, Sinovac telah mengakui kasus suap yang melibatkan pimpinannya, Yin Weidong. Dalam kesaksiannya pada 2016, Weidong tak dapat menolak permintaan sejumlah uang dari pejabat regulasi dan pada saat itu penyuapan terjadi.

Weidong yang merupakan pendiri sekaligus kepala eksekutif perusahaan juga mengaku memberi suap lebih dari 83 ribu dolar dari tahun 2002 hingga 2011 kepada seorang pejabat regulasi, Yin Hongzhang. Sebagai gantinya pejabat regulasi itu akan mengusahakan sertifikasi vaksin Sinovac untuk SARS, flu burung, dan flu babi.

Dalam kasus ini Hongzhang dijatuhi satu dekade penjara pada tahun 2017 karena menerima suap dari Sinovac dan tujuh perusahaan lainnya. Sedangkan, Weidong tak dikenakan biaya atau hukuman apapun. Weidong malah dapat terus mengawasi pengembangan vaksin COVID-19 dari Sinovac tahun ini.

Bagi Sinovac, kasus penyuapan seperti itu bukan hanya satu kali. Setidaknya, 20 pejabat pemerintah dan administrator rumah sakit di lima provinsi telah mengaku menerima suap dari karyawan Sinovac antara 2008 hingga 2016.

Pimpinan Sinovac menyuap untuk memperlancar regulasi perizinan. Perihal lain yang lebih ditakutkan, seperti skandal penyuapan keamanan vaksin tidak terbukti. Akan tetapi, beberapa ahli medis mulai meragukan vaksin buatan Sinovac dan menghimbau otoritas terkait segera melakukan pemeriksaan ekstra terhadap klaim vaksin buatan Sinovac. 

“Fakta bahwa perusahaan tersebut memiliki sejarah penyuapan menimbulkan keraguan panjang atas klaim data yang tidak dipublikasikan dan tidak ditinjau oleh rekan sejawat tentang vaksinnya,” kata Direktur divisi etika medis diUniversitas New York, Arthur Caplan.

"Bahkan dalam wabah, perusahaan dengan rekam jejak yang meragukan secara moral harus diperlakukan dengan sangat hati-hati terkait klaimnya," tambahnya.

Sekalipun sejarah penyuapan Sinovac telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Kendati demikian, catatan itu beberapa bulan terakhir tak terlalu berpengaruh.

Penyuapan industri farmasi China

Dalam 2017, Sinovac mengungkap Yin Weidong tidak didakwa melakukan pelanggaran atau perilaku tidak pantas dengan kejaksaan. Dalam laporan tahunannya, Sinovac mempertahankan kebijakan antikorupsi yang ketat. Tetapi kebijakan itu mungkin tak sepenuhnya efektif.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Sinovac mengatakan perusahaan telah mempercayakan sistem hukum untuk menangani kasus suap di masa lalu dengan tepat. Dia mengatakan kemampuan Yin Weidong untuk melakukan pekerjaan tak terpengaruh kasus suap di masa lalu.

Korupsi dalam industri farmasi China mencatatkan sejarah panjang. Seorang Ilmuwan politik Universitas Chicago, Dali Yang mengatakan peralihan China dari persetujuan obat terdesentralisasi pada 1990-an menjadi tinjauan terpusat pada 2000-an dalam menciptakan peluang untuk korupsi.

Meski begitu, korupsi yang kini dilakukan tidak merajela seperti dulu. Hal itu dikarenakan tindakan keras pemangku kebijakan karena terjadinya skandal penyuapan keamanan obat.

China diketahui telah mengeksekusi mantan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan China, Zheng Xiaoyu pada 2007. Setelahnya, Presiden China, Xi Jinping mulai meluncurkan gerakan anti korupsi yang lebih luas pada 2012.

Sampai akhirnya, Yin Weidong dari Sinovac memberikan suap secara tunai kepada Yin Hongzhang selama Sembilan bulan pada 2016. Saat itu, pimpinan Sinovac meminta persetujuan peraturan untuk vaksin perusahaan untuk hepatitis A, SARS, flu burung, hingga influenza A.

Penyelidik dari perusahaan Inggris, Peter Humphrey yang telah menyelidiki kasus korupsi farmasi di China, menyebutkan penyuapan Sinovac adalah fenomena luar biasa. Sekalipun diketahui telah melakukan penyuapan, Sinovac dalam melenggang-langgeng di industri farmasi China sampai hari ini. Bagi Sinovac, adanya kasus suap boleh hanya berdampak kecil. Kemudian, Sinovac melanjutkan bisnisnya seperti biasa.