JAKARTA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Keenam vaksin didatangkan dari banyak pihak, baik luar negeri maupun dalam negeri.
Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksin Virus Disease 2019 (COVID-19). Keenam vaksin didatangkan dari PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, PFizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
Enam vaksin tersebut sebagian tengah dalam tahap pelaksanaan uji klinis tahap tiga, lainnya baru saja selesai. Berikut informasi singkat mengenai enam vaksin tersebut.
1. Vaksin Merah Putih
Vaksin ini adalah satu-satunya buatan lokal yang akan digunakan pemerintah Indonesia. Vaksin merah putih ditargetkan siap didistribusikan pada awal 2022.
Sebelum didistribusikan, Vaksin Merah Putih masih harus melalui seluruh tahap uji klinis fase 1, 2, dan 3. Menurut Satgas Penanganan COVID-19, bibit Vaksin Merah Putih akan segera diserahkan pada PT Bio Farma tahun 2021.
"Hingga saat ini, vaksin Merah Putih sedang dikembangkan oleh sejumlah universitas dan lembaga penelitian terkemuka di Indonesia. Kami terus mengawal dan dukung pengembangan vaksin ini dengan baik," kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 19 November.
2. AstraZeneca
Selain pengembangan vaksin lokal, Indonesia juga menjalin kerja sama dalam penyediaan vaksin dengan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca. Adapun vaksin yang akan didatangkan disebut AZD1222.
Vaksin ini dikembangkan AstraZeneca bersama Universitas Oxford. Indonesia dan AstraZeneca telah bertemu membahas penyediaan AZD1222.
Kedua pihak juga telah dan menandatangani letter of intent untuk menyetujui perjanjian pembelian awal (advance purchase agreement) sebelum akhir Oktober. Kemenkes mengatakan hal ini dilakukan untuk membuka seluas mungkin akses vaksin pada masyarakat Indonesia.
3. Sinopharm
Vaksin ini dikembangkan oleh Grup Farmasi Nasional China. Sinopharm sejauh ini telah menjalani uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab.
Uji klinis itu berjalan sejak akhir Juni 2020. Uji coba melibatkan 15 ribuan peserta yang disuntikkan dua jenis vaksin.
Sinopharm menargetkan memulai pemasaran pada Desember 2020. Sinopharm sendiri telah menyanggupi 15 juta dosis vaksin tahun ini.
4. Sinovac
Selain Sinopharm, Indonesia menjalin kerja sama penyediaan vaksin dengan perusahaan biofarmasi China lain, yakni Sinovac Biotech Ltd. Dalam kerja sama ini, Indonesia dan Sinovac bekerja sama dengan Bio Farma untuk mengembangkan vaksin di Tanah Air.
Vaksin itu diprediksi bakal dijual seharga Rp200 ribu di Indonesia. Sinovac sendiri telah menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020.
Dalam kerja sama itu, Sinovac memiliki komitmen pengiriman 1,5 juta dosis vaksin pada pekan pertama November. Sementara, 1,5 juta dosis vaksin lagi akan dikirim pada pekan pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.
BACA JUGA:
5. Moderna
Vaksin satu ini adalah buatan Amerika Serikat (AS). Perusahaan farmasi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts telah mengajukan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 kepada otoritas kesehatan AS dan Food and Drugs Administration (FDA).
Uji klinis tahap 3 yang dilakukan Moderna mendapati bahwa vaksin mereka efektif hingga 94,1 persen dalam melawan virus corona. Namun, sejatinya angka itu lebih rendah ketimbang analisis yang dilakukan sebelumnya, 16 November, di mana efektivitas vaksin mencapai 94,5 persen.
6. PFizer/BioNTech
Perusahaan farmasi AS, Pfizer bekerja sama dengan BioNTech, perusahaan Jerman dalam proyek pengembangan vaksin ini. Kedua pihak mengklaim vaksin mereka ampuh mencegah virus corona hingga 90 persen.
Yang paling penting, kedua pihak juga menyatakan vaksin tak memiliki efek samping berbahaya. Pfizer memiliki ambisi besar dalam proyek vaksin.
Mereka menargetkan menjadi sepuluh kandidat vaksin yang disertakan dalam pengujian tahap akhir di seluru dunia. Empat pengujian itu tercatat dilakukan di AS.
Menurut catatan, Pfizer/BioNTech adalah perusahaan farmasi pertama yang merilis data penelitian vaksin terhadap 94 sukarelawan. Hasil penelitian itu dipandang cukup menjanjikan.