Bagaimana NFT Bisa Merusak Lingkungan?
Ilustrasi (Unsplash/Brian Wangenhe)

Bagikan:

JAKARTA - Belakangan ini produk turunan kripto, non-fungible token atau NFT semakin digandrungi masyarakat. Kita baru saja digemparkan dengan fenomena Ghozali Everyday yang mendadak kaya setelah menjual foto selfie-nya di OpenSea. Namun sayangnya, mata uang kripto yang digunakan untuk membeli NFT, disebut bisa mengancam lingkungan.

Ghozali menjual fotonya tersebut setiap hari, koleksi fotonya pun disebut Ghozali Everyday. Ia melakukan bisnis NFT setiap hari mulai 2017 hingga hari ini. Awalnya Ghozali menjual swafotonya 0,001 ethereum (ETH) atau senilai 3,25 dolar AS atau sekitar Rp46 ribu.

Melansir Crypto News, NFT termurah Ghozali dijual seharga 0,475 ETH atau 1.500 dolar AS atau senilai sekitar Rp21 juta. Dengan koleksi 933 NFT, harga minimum Ghozali Everyday bernilai hampir 1,4 juta dolar atau sekitar Rp20 miliar.

Sebelumnya memang beberapa kali jagat NFT dikejutkan dengan penjualan dengan angka fantastis terhadap suatu karya yang dianggap aneh. Salah satunya, CryptoPunk 7523 yang dijual seharga 11,75 juta dolar AS yang dilelang Sotheby. CryptoPunk7523 adalah avatar termahal koleksi hingga saat ini.

Ada juga karya seni yang disebut disebut Human One, dijual seharga 28,9 juta dolar AS. Harga tersebut dua kali lipat lebih tinggi dari harga yang diharapkan. Human One adalah potret bergerak yang memperlihatkan patung video 3D setinggi 7 kaki yang menampilkan seseorang dengan helm luar angkasa berjalan melintasi lanskap di dalam kotak berukuran sekitar 1,2x1,2 meter.

Karya lainnya berjudul Everdays: The First 5000 Days terjual dengan harga 69 juta dolar AS. Everdays: The First 5000 Days merupakan kolase yang dibuat selama 13 tahun yang mana mulai dikerjakan pada 2007 dan selesai pada 2020.

NFT adalah seni digital yang tidak dapat digantikan karena tercatat di blockchain. Transaksi jual-beli NFT menggunakan mata uang kripto, Ethereum (ETH), karena NFT saat ini didasarkan pada platform Ethereum. Untuk membeli NFT, seseorang harus memilik ethereum terlebih dahulu.

Ethereum sendiri adalah koin kripto atau cryptocurrency, yang mana paling populer setelah Bitcoin. Pada Jumat 14 Januari 2022 pukul 17.00 WIB, harga satu ethereum dibanderol 3.256 dolar AS atau sekitar Rp46.790.007. Namun karena ethereum adalah komoditas investasi, harganya bisa saja naik atau turun sewaktu-waktu.

Ethereum. (Foto: Unsplash/Executium)

Isu lingkungan

Meski demikian terdapat kontroversi iklim seputar NFT atau token yang tidak dapat dipertukarkan. Lapisan dari kripto dan NFT, mengandalkan dan menciptakan emisi gas rumah kaca yang signifikan.

Mengutip laporan One Green Planet, NFT dan kripto seperti Bitcoin atau Ethereum, buruk bagi lingkungan. Hal tersebut dikarenakan kripto menggunakan lebih banyak listrik per transaksi daripada metode lain yang dikenal umat manusia.

Penggunaan energi yang sangat besar sebagian besar disebabkan oleh proses mining kripto, yang melibatkan penggunaan komputer khusus untuk menyelesaikan algoritma yang semakin kompleks. Dengan demikian, menguras energi.

Selain itu, ketergantungan NFT pada blockchain membuatnya sangat intensif menggunakan energi. Blockchain Ethereum yang mana paling sering ditemukan dalam transaksi jual-beli NFT, menggunakan banyak energi. Menurut Digiconomist, Ethereum menggunakan sekitar 34 terawatt-hours (TWh) listrik setahun.

Logo NFT. (Foto: Wikimedia Commons)

Namun, beberapa marketplace NFT mulai menyadari isu ini dan melakukan perubahan. Salah satu marketplace NFT, Bubblehouse, mengumumkan akan menjadi pasar NFT pertama yang ramah lingkungan. Bubblehouse dibangun di atas blockchain Polygon, sebuah blockchain yang lebih ramah lingkungan.

Mengutip Globe Newswire, Bubblehouse bermitra dengan Polygon. Berdasarkan aktivitas blockchain Polygon, Bubblehouse x Polygon menetralkan karbon NFT yang ada di Bubblehouse dan jaringan Polygon. Token Polygon memiliki kapitalisasi pasar yang sepenuhnya terdilusi lebih dari 17 miliar dolar AS pada 15 November 2021.

Output karbon Polygon sangat rendah sehingga Bubblehouse x Polygon menetralkan seluruh karbon yang dihasilkan oleh blockchain. Dengan komitmen menjaga lingkungan, Bubblehouse membuka pintu bagi semua pembuat dan kolektor yang menghindari NFT karena dampak karbon Ethereum.

*Baca Informasi lain soal NFT atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam

BERNAS Lainnya