Bagikan:

JAKARTA – Israel dan kelompok Palestina Hamas telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, sebagaimana dituturkan Israel, Qatar, dan Amerika Serikat. Gencatan senjata akan dilakukan setelah lebih dari 460 hari perang yang menghancurkan Gaza.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani pada Rabu (15/1/2024), menjelaskan, gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan dimulai pada Minggu (19/1/2025). Namun, pekerjaan mengenai langkah-langkah implementasi dengan Israel dan Hamas masih terus berlanjut.

Kesepakatan tersebut termasuk gencatan senjata sementara untuk saat ini setidaknya mengakhiri kehancuran yang terjadi di Gaza. Selain itu, kesepakatan ini juga berarti membebaskan sandera yang ditahan di Gaza dan banyak tahanan yang ditahan oleh Israel. Kesepakatan tersebut juga memungkinkan warga Palestina yang mengungsi kembali ke rumah mereka, meski setelah terjadi kehancuran luar biasa.

Satu Dekade untuk Singkirkan Puing 

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh setidaknya 46.707 warga Palestina dan melukai 110.265 orang. Artinya, rerata 100 warga Palestina terbunuh setiap hari selama 467 hari terakhir.

Estimasi penduduk Gaza adalah sekitar 2,3 juta jiwa, yang separuhnya adalah anak-anak. Ada sekitar enam persen populasi Gaza yang berkurang sejak perang dimulai.

Dalam 15 bulan terakhir, tantara Israel telah membunuh dua dari 100 orang di Gaza dan melukai lima dari 100 orang. Sebanyak 11.160 orang dinyatakan hilang, yang artinya satu dari 200 warga Palestina di Gaza tidak diketahui keberadaannya, banyak yang terkubur di bawah lebih dari 42 juta ton reruntuhan.

Sistem edukasi Gaza hancur setelah serangan bertubi-tubi tentara Israel. (Al-Jazeera)

Dan, 100.000 warga Palestina dinyatakan telah meninggalkan Gaza. Sekitar 9 dari 10 warga Gaza telah mengungsi dan banyak dari mereka harus pindah beberapa kali sejak perang dimulai.

Menurut analisis oleh peneliti yang berbasis di AS Jamon van Den Hoek dan Corey Scher, sedikitnya 60 persen dari seluruh bangunan di Jalur Gaza telah hancur.

Sekitar 90 persen penduduk Gaza telah mengungsi, sehingga ini menjadi salah satu yang tertinggi yang tercatat dalam konflik modern. Lingkungan mereka juga habis, termasuk fasilitas penting seperti rumah sakit dan fasilitas pendidikan. Belum lagi runtuhnya infrastruktur vital seperti sistem sanitasi dan layanan listrik.

Menurut beberapa ahli, diperkirakan butuh waktu setidaknya satu dekade untuk menyingkirkan 42 juta ton puing di Gaza.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan, per 14 Januari, separuh dari 36 rumah sakit di Gaza berfungsi sebagian, 88 persen sekolah rusak atau hancur, 92 persen rumah rusak atau hancur, dan 68 persen lahan pertanian hancur, serta 68 persen dari semua jalan.

Sistem Edukasi Luluh Lantak

Untuk sekolah, hingga Agustus 2024 lebih dari 625.000 anak usia sekolah di Gaza tidak mendapatkan pendidikan formal selama satu tahun. Sistem edukasi di Gaza luluh lantak setelah diserang pasukan udara Israel. Sejumlah sekolah yang tersisa digunakan sebagai tempat penampungan bagi keluarga yang mengungsi.

Sebanyak 88 persen sekolah, atau 496 dari 564 telah hancur. Menurut OCHA setidaknya 503 staf edukasi telah dibunuh dan semua bangunan universitas di Gaza dihancurkan. Tanpa infrastruktur, staf, atau perlengkapan, sistem edukasi di Gaza kolaps dan memunculkan pertanyaan bagaimana sistem tersebut akan dibangun dan berfungsi kembali?

Rumah sakit, yang menjadi bagian penting Gaza, juga berada di ambang kehancuran setelah berulang kali mendapat serangan tantara Israel, meski mereka dilindungi secara eksplisit berdasarkan hukum humaniter.

Seorang wanita meletakkan lilin di tengah laporan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di sebuah alun-alun di Tel Aviv, Israel (15/1/2025). (ANTARA/Xinhua/Chen Junqing/aa)

Ini menyebabkan banyak rumah sakit di Gaza tidak berfungsi. Hanya separuh rumah sakit yang berfungsi sebagian, salah satunya di wilayah Gaza Utara.

Pada Januari, pejabat kesehatan Gaza menuturkan Al-Aqsa, Nasser, dan rumah sakit Eropa terancam segera ditutup setelah berulang kali dibom oleh Israel dan blockade pasukan.

Perang selama 15 bulan membuat seluruh lingkungan Gaza gancur berkeping-keping, memaksa jutaan orang sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk tempat tinggal dan bertahan hidup. Pengungsian massal dan penghancuran infrastruktur menjadi tantangan besar yang akan dihadapi Gaza dalam membangun kembali kehidupan.