JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mendapat izin membuka kembali bioskop. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan pertimbangan itu diambil untuk melawan virus corona. Menonton film di bioskop jelas sebuah kebahagiaan. Namun, menjadikannya cara melawan COVID-19 adalah perkara lain. Wiku barangkali perlu mencari alasan lain.
"Karena imunitas masyarakat juga bisa meningkat karena bahagia atau suasana mental fisik dari para penonton dan masyarakatnya juga ditingkatkan. Bioskop sinema, salah satu kontributor untuk itu dalam rangka menghadapi COVID-19," kata Wiku di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Rabu, 26 Agustus.
Masyarakat mempertanyakan. Bahkan epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menyebut Wiku mengada-ada. Tak ada landasan ilmiah apapun dalam pernyataan Wiku.
"Tentang imunitas, menonton bioskop kemudian dikaitkan dengan pandemi, saya belum menemukan literatur yang memperkuat argumen itu. Dalam sejarah pandemi, fakta yang ada sampai saat ini pun yang namanya kebahagiaan bukan sesuatu yang berdampak langsung pada upaya pengendalian pandemi," kata Dicky, dihubungi VOI, Kamis, 27 Agustus.
Dicky mengambil contoh sepuluh besar negara paling bahagia di dunia yang ternyata tak tertolong dari dampak penularan virus. “Negara yang paling bahagia di dunia, Skandinavia itu pun mengalami COVID-19. Malah Swedia yang ada di sepuluh besar (negara paling bahagia) pun angka kematiannya tinggi. Jadi dasarnya tidak tepat," imbuhnya.
COVID-19 di negara-negara bahagia
Kami menelusuri data terkait daftar negara paling bahagia di dunia serta bagaimana dampak COVID-19 di negara-negara itu. World Happiness Report 2020 menempatkan Finlandia, Denmark, Swiss, Islandia, Norwegia, Belanda, Swedia, Selandia Baru, Austria, dan Luxembourg sebagai sebagai sepuluh negara paling bahagia di dunia.
Berdasar data tersebut kami mendapati lima negara yang memuncaki angka penularan COVID-19 tertinggi. Peringkat pertama adalah Swedia. Negara Viking nyatanya memiliki angka penularan sebanyak 87.072 orang, dengan 5.817 kasus meninggal dunia.
Peringkat kedua, Belanda, memiliki angka penularan 68.114 orang, dengan 6.215 kasus meninggal dunia. Disusul Swiss yang merupakan peringkat ketiga mencatat angka penularan 40.645 orang, serta 1.723 kasus meninggal dunia.
Austria, yang merupakan negara keempat paling bahagia mencatat angka penularan 26.361 orang, dengan korban meninggal dunia sebanyak 733 orang. Terakhir, adalah negara yang Denmark, yang notabene negara kedua paling bahagia. Denmark tercatat memiliki angka penularan sebanyak 16.901 orang, dengan korban meninggal 334 orang.
BACA JUGA:
Sisanya, Finlandia, Islandia, Selandia Baru, Norwegia, maupun Luxemburg memiliki angka penularan yang kecil, dari 1.702 hingga 10 ribu kasus. Berdasar data di atas, pernyataan pemerintah jadi mentah. Eric Weiner, dalam buku The Geography of Bliss (2008) pernah menjelaskan dua perspektif ini.
Dalam buku itu Eric menceritakan petualangannya keliling dunia. Ia mendalami rahasia bahagia negara-negara paling bahagia di dunia. Temuannya justru mengungkap, “Banyak dari negara-negara yang paling bahagia juga mempunyai tingkat bunuh diri tinggi," tertulis.
"Atau penemuan ini: Orang yang menghadiri pelayanan keagamaan melaporkan lebih bahagia daripada mereka yang tidak, tetapi bangsa-bangsa yang paling bahagia adalah bangsa sekuler. Dan, oh, Amerika Serikat, negara paling kuat di dunia, bukanlah negara adidaya kebahagiaan. Banyak bangsa lain yang lebih bahagia daripada AS,” kata Eric.