Alasan Pembukaan Bioskop Diprotes, Satgas COVID: Perbedaan Opini Wajar
Ilustrasi/Pixabay

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menganggap wajar ada pihak yang tidak setuju dengan alasan pembukaan bioskop karena diklaim bisa meningkatkan imunitas tubuh. Perbedaan pendapat ini disebut wajar karena COVID-19 baru dialami pertama kali di seluruh dunia

"Perbedaan opini memang wajar di dalam masa pandemi ini karena kita semua sedang belajar tentang apa yang bisa kita lakukan dalam mempertahankan kondisi aman COVID-19 dan juga bisa melakukan kegiatan aktivitas sosial ekonomi yang produktif," jelas Wiku dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 27 Agustus.

Wiku memperjelas pernyataannya yang menyebutkan menonton film di bioksop dapat meningkatkan imunitas. "Kami perlu sampaikan supaya tidak terjadi salah paham," ujarnya.

Imunitas menurut Wiku bentuk ketahanan tubuh terhadap penyakit. Kondisi jiwa yang bahagia, katanya, mempunyai potensi untuk meningkatkan imunitas atau menurunkan tingkat stres yang ada pada tubuh.

"Jadi, hal-hal seperti ini perlu jadi perhatian dalam konteksnya memahami imunitas. Di dalam konteksnya pandemi, memang kita harus menjaga imunitas harus tetap tinggi," tutur Wiku.

Wiku mengaku, ada banyak cara untuk menjaga imunitas tetap tinggi. Cara yang paling mudah adalah istirahat yang cukup, berolahraga yang cukup, dan menjaga asupan gizi.

"Banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan, bukan hanya menonton di bioskop, tapi juga bisa menonton film di rumah, dan juga bisa melakukan aktivitas lain. Pilihan yang bisa diambil oleh masyarakat kita serahkan kepada masyarakat. Yang jelas, harus aman COVID-19," jelasnya.

Sebelumnya, sejumlah pakar kesehatan tidak sependapat dengan alasan pembukaan bioksop di masa pandemi COVID-19. Salah satunya, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman soal pernyataan Wiku Adisasmito yang menyebut kegiatan menonton bioskop dapat meningkatkan imunitas tubuh.

Menurut Dicky, pernyataan itu belum ada literatur ilmiahnya. "Tentang imunitas, menonton bioskop kemudian dikaitkan dengan pandemi saya belum menemukan literatur yang memperkuat argumen itu," kata Dicky.

Menurut dia, ada hal lebih penting untuk dilakukan pemerintah daripada membuka bioskop dengan dalih agar masyarakat bahagia. Menurut dia, pengendalian pandemi dengan cara melakukan isolasi dan perubahan perilaku lebih penting dilakukan saat ini apalagi angka kasus COVID-19 di Indonesia masih fluktuatif.

Apalagi, dalam tubuh manusia, kebahagiaan hanyalah bagian kecil dari unsur yang memengaruhi tubuh manusia. "Jadi unsur psikologi, kebahagiaan hanya bagian kecil dari unsur yang mempengaruhi imunitas," tegas dia.

"Bukan artinya ketika orang bahagia akan terhindar dari penyakit COVID. tidak ada buktinya. Negara yang paling bahagia di dunia, Skandinavia itu pun mengalami Covid. Malah Swedia yang ada di 10 besar (negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi, red) pun angka kematiannya tinggi. Jadi dasarnya tidak tepat," imbuhnya.

Lebih lanjut, Dicky juga menilai pembukaan kembali bioskop ini rentan menjadi klaster penyebaran COVID-19 yang baru. Kekhawatiran ini muncul karena masyarakat di Indonesia yang tak menaati protokol kesehatan untuk mencegah terjadi penularan virus ini dan cakupan pengujian terhadap individu di Indonesia juga masih belum memadai.