Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana mengizinkan kembali pembukaan kegiatan pemutar film (bioksop) di masa PSBB transisi.

Ada sejumlah alasan Anies mengizinkan pembukaan bioskop, di saat perkembangan kasus COVID-19 di Jakarta kian bertambah banyak. Anies menyebut, bioskop punya keunikan tersendiri.

Pertama, para penonton biasanya tidak saling bicara ketika menonton film di dalam ruang teater. Hal ini berbeda ketika berda di kafe dan restoran, di mana pengunjungnya mengobrol satu sama lain.

"Kalau di bioskop, justru semua diam. Kalau pun ada percakapan, maka percakapan itu antara orang yang kenal. Jarang ada percakapan dengan antara orang yang tidak kenal," ungkap Anies, Rabu, 26 Agustus.

Kemudian, ketika penonton mengobrol dengan orang yang dikenal, arah posisi mengobrol dilakukan satu arah. Semuanya berhadapan di arah yang sama, yakni menatap ke layar pemutar film.

"Semuanya berbicara pada arah yang sama, bukan interaksi yang berhadap hadapan. Ini nature kegiatan yang agak unik," kata Anies.

Selain itu soal pengaturan tempat. Dalam kegiatan menonton film di bioskop, pengelola bisa mengatur di mana penonton akan duduk. Berbeda dengan pertunjukan terbuka, di mana ada potensi kerumunan karena tidak ada pengaturan tempat duduk.

"Ini mirip situasinya dengan penerbangan pesawat. Pesawat terbang itu ruangannya kecil, kemudian kursinya rapat, tetapi bisa diatur sitting arrangement-nya, pengaturan siapa duduk di mana, kemudian juga bisa diatur mengenai sirkulasi udaranya dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan standar protokol kesehatan," jelas Anies.

Kemudian, lanjut dia, rencana pembukaan bisokop juga merujuk kepada studi dan kajian para pakar terkait dengan penanganan dan pengelolaan kegiatan di dalam bioskop yang sudah dilakukan di berbagai negara. 

"Jadi, dari 47 negara pada saat ini, kegiatan bioskop sudah berjalan seperti biasa. Bahkan, kalau di Korea Selatan selama masa pandemi termasuk di puncak pandemi mereka di sana, bioskop tidak ditutup," imbuhnya.