Bagikan:

JAKARTA - Baliho Ketua DPR RI Puan Maharani bertebaran di sekitar lokasi bencana letusan Gunung Semeru di Luamajang Jawa Timur jadi bulan-bulanan warga. Banyak orang menganggap Puan tak tulus dalam membantu korban terdampak bencana. Apakah elektabilitasnya terancam?

Tak ada selogan "kepak sayap" yang terkenal itu. Meski begitu, slogan dalam baliho Puan kali ini tak kalah terdengar bijak. 

"Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan," tertulis pada baliho bergambar potret diri Puan dengan latar foto para pengungsi. Pada baliho itu juga tercetak logo "Relawan Puan Maharani".

Banyak pihak yang kecewa atas pemasangan baliho Puan ini. Sebab selain menimbulkan kesan tak ikhlas, warga berharap uang untuk membuat baliho mending dibelikan sembako.

Seorang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Ahmad Samiludin misalnya. Seperti dikutip Suara.com, ia mengaku kecewa. Ahmad bilang uang yang dipakai untuk membuat baliho lebih baik disumbang saja. "Kalau mau bagi-bagi bantuan saja, jangan baliho."

Menurut Ahmad, baliho Puan sudah banyak terpasang sejak Senin, 20 Desember. Ia menduga baliho dipasang sebelum malam hari menjelang kedatangan Puan.

Ahmad menyebut baliho terpasang berjajar selang 30 meter di sepanjang jalan dari Kantor Kecamatan Candipuro sampai menuju Balaidesa Sumberwuluh. "Setiap 30 meter ada baliho, dari kecamatan sampai balai desa saya waktu lewat mungkin sampai ratusan jumlahnya."

Sementara itu salah seorang relawan korban erupsi Gunung Semeru, Christian Joshua Pale turut mengomentari baliho tersebut. Dikutip Terkini.id, Christian menilai pemasangan baliho ini menyakitkan hati penduduk setempat. Sebab menurutnya hanya balihonya yang nampak, tetapi kadernya tidak ada.

"Jujur ini menyakitkan hati, kenapa balihonya panjang-panjang banyak terpasang. Di mana kader-kadernya pada saat di TKP, zona hitam, di mana bu? Enggak ada."

Tanggapan PDIP

Sebelumnya, Puan Maharani mengunjungi Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dalam rangka melihat kondisi warga terdampak erupsi Gunung Semeru pada Senin, 20 Desember. Di sana ia memastikan kondisi para warga Pronojiwo yang saat ini cukup terisolasi akibat akses jalan utama di daerah itu terputus.

Terkait pemasangan baliho Puan, Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Lumajang, Bukasan kepada Kompas.com mengatakan bukan mereka yang pasang. Menurut mereka yang memasang adalah relawan Puan Maharani.

Pihaknya mengaku hanya memasang baliho ucapan selamat datang atas kunjungan kerja Puan Maharani sebagai ketua DPR RI. Dan itupun tak banyak, hanya berada di Kecamatan Pronojiwo.

"Mbak Puan sudah punya komunitas di luar struktur partai. Kami juga tidak tahu karena tidak dalam konteks berkomunikasi dengan komunitas juang Mbak Puan."

Ketua DPR Puan Maharani di lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru (Foto: ANTARA)

Bencana elektabilitas

Tanggapan miring berbagai elemen masyarakat berpotensi menimbulkan bencana bagi elektabilitas Puan Maharani. Setidaknya itu yang dikatakan Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin.

Ujang bilang pendekatan pemasangan baliho oleh Puan mestinya dihentikan dahulu. Apalagi baliho yang di pasang di tempat terdampak bencana seperti ini.

"Karena masyarakat tak butuh Baliho. Tapi butuh sembako. Walaupun sudah memberikan bantuan ke mereka. Tapi karena pasang baliho, akhirnya kesannya tak ikhlas," kata Ujang kepada VOI.

Menurut Ujang, kalau Puan mau membantu masyarakat yang terdampak erupsi, bantulah dengan ikhlas tanpa pasang baliho. Karena itu membuat rakyat menilai bantuannya mengandung unsur politik. Dan bukan tak mungkin membuat elektabilitasnya malah anjlok.

"Dan itu bisa membuat rakyat tak simpati. Jika rakyat tak simpati, maka akan membuat elektabilitasnya makin jeblok."

Ketua DPR Puan Maharani (IST)

Senada, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus mengatakan kalau pemasangan baliho itu untuk pencitraan dirinya, hal itu tak masuk akal. "Alih-alih mencapai tujuan, baliho-baliho itu justru akan menghambat Puan menggapai tujuannya," kata Lucius dikonfirmasi VOI.

Menurut Lucius, DPR harus hadir dengan segala ketulusannya sebagai bagian dari rakyat untuk merasakan penderitaan rakyat karena bencana tetapi disaat yang bersamaan. Sebagai wakil rakyat, kata dia, DPR tak boleh larut dalam duka karena harus memikirkan bagaimana mengangkat kembali rakyat terdampak agar bisa segera hidup normal.

"Puan sebagai Ketua DPR harusnya menjadi contoh tentang politik kepedulian yang tulus. Ia mesti hadir dengan semua empatinya," kata Lucius. 

Ini memang bukan pertama kali baliho Puan dikritik ramai-ramai. Beberapa waktu lalu baliho berslogan "Kepak Sayap Kebhinnekaan" ini dikritik warganet karena ditengarai para politisi sudah mengambil ancang-ancang dalam menghadapi Pilpres 2024. Sementara, masyarakat masih berkutat dengan masalah hidup di tengah pandemi.

Kala itu bukan cuma baliho Puan yang jadi sasaran kritik warganet. Ada pula baliho Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

*Baca Informasi lain tentang POLITIK baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya