JAKARTA - Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis jajak pendapat terbaru mengenai elektabilitas tokoh politik dalam pemilihan presiden. Hasilnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menempati urutan tertinggi.
Dalam pemaparan survei dengan pertanyaan terbuka, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut elektabilitas tokoh tertinggi diraih Ganjar Pranowo dengan keterpilihan 16,2 persen responden.
Urutan kedua ditempati oleh Prabowo Subianto dengan 14,8 pemilih, dan Anies Baswedan dengan 14,6 persen.
"Elektabilitas tokoh tertinggi adalah pada nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Sementara elektabilitas nama-nama lainnya berada di bawah 10 persen," kata Yunarto dalam pemaparan survei virtual, Kamis, 12 Agustus.
Jika dilakukan simulasi tertutup 10 nama, nama Ganjar Pranowo masih menempati urutan tertinggi. Ganjar dipilih 20,6 persen responden. Kedua, Anies menyalip dengan raihan 17,8 persen lalu Prabowo 17,5 persen.
Jika dilakukan simulasi tertutup 5 nama, Ganjar masih berada di urutan teratas dengan keterpilihan sebesar 23,3 persen. Kedua, Anies dipilih 19,8 persen dan Prabowo Subianto dipilih 19,6 persen responden.
"Data Ganjar memang nomor satu secara statistik. Tetapi Anies dan Prabowo masih dalam selisih margin of error," tutur Yunarto.
Keterpilihan Ganjar dengan urutan tertinggi juga tak terpengaruh dengan fenomoena pemasangan baliho yang memajang sosok politikus PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartato.
Saat fenomena pasang baliho marak, nama Puan Maharani dan Airlangga memiliki elektabilitas yang masih rendah. Puan berada di urutan 17 dan Airlangga di urutan 18 dengan elektabilitas masing-masing 0,7 persen.
"Kalau kita coba menggunakan uji empirik yang paling banyak dibahas di monitoring dari Puan dengan Airlangga. Jumlah Baliho dan billboard yang masif ternyata terbukti tidak linier dengan elektabilitas," jelasnya.
BACA JUGA:
Penyebab elektabilitas Ganjar tertinggi
Status kepala daerah yang menghadapi penanganan pandemi jadi salah satu faktor terbesar yang mendongkrak nama Ganjar. Krisis kesehatan dan perekonomian membuat masyarakat lebih melek terhadap peran kepala daerahnya. Hal itu juga yang meningkatkan nama Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Alasan rasional, masyarakat akan memandang tokoh kinerjanuya kinerjanya, akan melihat orang ygan setiap hari wara-wiri, terlihat bekerja untuk penanganan pandemi," ucapnya.
"Kecenderungannya, orang-orang yang memiliki jabatan yang lebih mendapatkan panggung dalam pandemi itu surveinya memang naik," lanjut dia.
Sementara, elektabilitas Prabowo yang juga cukup tinggi diraih karena pernah menjadi calon presiden walaupun kalah dalam bersaing dengan Joko Widodo.
Mengapa elektabilitas Ganjar masih paling tinggi? Yunarto menjelaskan, elektabilitas Prabowo tak bisa menyaingi Ganjar karena Prabowo tak berperan langsung dalam penanganan pandemi.
Sementara Anies memang berperan dalam menangani pandemi di Ibu Kota. Namun, sebagian masyarakat menganggap peran penanganan pandemi di Jakarta juga terbantu oleh pemerintah pusat yang memprioritaskan Ibu Kota.
"Ada juga yang bilag Anies sangat baik dari sisi penanganan kesehatan, tapi banyak juga yang katakan misalnya itu kerja dari pemerintah pusat. Tentu saja infrastruktur kesehatan, mulai dari tenaga kesehatan sampai vaksin akan mendapatkan prioritas," jelas Yunarto.