Bagikan:

JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang mempertanyakan alasan Firli Bahuri dkk menyelenggarakan rapat kerja di Yogyakarta.

Saut menilai pimpinan dan pejabat KPK saat ini tak peka dengan kondisi masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

Tak hanya itu, Saut juga mempertanyakan mengapa rapat internal itu tidak dilaksanakan di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan. Mengingat gedung tersebut punya aula yang cukup luas.

"Di gedung KPK emang enggak ada ruangan untuk raker? Kalau mau gede di aula juga ada. Jadi enggak ada sense of crisis itu. Kalau pendekatannya pariwisata bisa-bisa saja karena ekonomi. Tapi ini kan KPK. KPK itu pendekatannya risiko, semua bahan dibahas di situ penindakan, kampanye, dan sebagainya," kata Saut kepada wartawan, Kamis, 28 Oktober.

Lagipula, seingat dia sejak dulu KPK tidak pernah menggelar rapat kerja di hotel berbintang lima. Apalagi, saat Saut menjabat sebagai wakil di mana Agus Rahardjo duduk sebagai Ketua KPK mereka tidak pernah suka kegiatan yang bermewah-mewah.

"Di periode kita kemarin Pak Agus itu paling enggak suka di hotel-hotel gitu," tegasnya.

Dibanding uang tersebut dihambur-hamburkan untuk rapat kerja sebaiknya sambung Saut, uang tersebut digunakan untuk mencari para buronan KPK seperti mantan caleg PDIP Harun Masiku. 

Bila pun memilih rapat luar kantor, Saut menyarankan hotel yang dipilih biasa saja tidak perlu yang berbintang lima seperti Sheraton Hotel Mustika Yogyakarta tempat raker sekarang dilaksanakan.

"Uang itu (sebaiknya, red) dipakai untuk segera cari Harun Masiku. Itu kan bisa lebih berguna daripada nyewa ruangan kayak gitu, hanya bicara konsep tahun ini kita mau menyelidiki apa, tahun depan mau bikin penyidikan berapa," ungkap Saut.

"Kita bertanya juga yang mau dibahas itu apa di sana. Kalau mau bahas detail itu di lantai 15 di ruang rapat pimpinan. Tinggal panggil deputi saja, kasus mangkrak kita beresin, kita rekrut lagi, dan sebagainya," imbuh dia.

Sebagai informasi, kegiatan Rapat Kerja Organisasi dan Tata Kelola (Ortaka) ini dilaksanakan sejak Kamis, 27 Oktober. Pada hari tersebut, ada sejumlah acara termasuk mendengarkan pemaparan materi bertajuk Strategic Learning: Transformasi Organisasi menuju Purpose-Driven Organization yang disampaikan Ignasius Jonan.

Berikutnya, pada malam hari dilanjutkan dengan acara indoor team building yaitu fun game dan team work yang diikuti 55 orang peserta yang dibagi jadi lima grup.

Sementara pada Kamis, 28 Oktober acara dilanjutkan dengan paparan rapat tinjauan kinerja KPK. Sedangkan Jumat, 29 Oktober para peserta akan menuju Mapolsek Ngemplak Jogja untuk melaksanakan sepeda santai menuju Warung Kopi Klothok yang ada di kawasan Kaliurang.

Setelah sepeda santai dilakukan, para peserta akan kembali ke hotel untuk mendengarkan arahan dan poin keputusan raker.

KPK sebenarnya sudah menanggapi ini. Menurut Sekjen KPK Cahya H Harefa pelaksanaan rapat di Yogyakarta ini sudah diagendakan sejak lama tapi terkendala akibat pandemi COVID-19. Tak hanya itu, perencanaan secara matang termasuk perhitungan anggaran juga sudah dilakukan.

"Rapat intensif yang digelar di Yogyakarta ini telah diagendakan jauh-jauh hari baik dari aspek perencanaan anggaran maupun rancangan pelaksanaannya, namun harus tertunda karena kondisi pandemi dan baru bisa dilaksanakan saat ini," tegas Cahya kepada wartawan, Rabu, 27 Oktober.

Dia juga menegaskan, raker ini perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya harmonisasi regulasi dan penyempurnaan struktur organisasi, guna mendukung tugas dan fungsi KPK sesuai dengan UU KPK Nomor 19 Tahun 2019.