Akui Pasukan Khusus AS Latih Militernya, Presiden Tsai Ing-wen: Taiwan Tidak Sendirian dan Tidak Tunduk Pada Tekanan
Presiden Tsai Ing-wen saat meninjau kekuatan militer Taiwan. (Wikimedia Commons/總統府)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Taiwan menyebut ancaman dari China datang setiap hari di wilayah negaranya, mengonfirmasi kehadiran pasukan Amerika Serikat di wilayah negaranya.

Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Presiden Tsai Ing-wen menyebut Taiwan yang terletak kurang dari 200 kilometer dari pantai tenggara China, adalah mercusuar demokrasi yang perlu dipertahankan.

"Inilah pulau berpenduduk 23 juta orang yang berusaha keras setiap hari untuk melindungi diri kita sendiri dan melindungi demokrasi kita, memastikan bahwa rakyat kita memiliki kebebasan yang layak mereka dapatkan," katanya, seperti melansir CNN 28 Oktober.

"Jika kita gagal, maka itu berarti orang-orang yang percaya pada nilai-nilai ini akan meragukan apakah ini adalah nilai-nilai yang (harus) mereka perjuangkan," sambungnya.

Saat ini, hubungan antara Taipei dan Beijing berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Awal bulan ini, militer China mengirim rekor jumlah pesawat tempur ke udara di sekitar Taiwan sementara diplomat dan media yang dikelola pemerintah memperingatkan kemungkinan invasi kecuali pulau itu mengikuti garis PKC.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Tsai menjadi pemimpin pertama Taiwan yang mengakui kehadiran pasukan Amerika Serikat di wilayahnya untuk memberikan pelatihan.

Secara resmi, garnisun terakhir Amerika Serikat angkat kaki dari negara itu pada tahun 1979, seiring dengan pengalihan pengakuan diplomatik resmi Washington dari Taipei ke Beijing. Meskim laporan mendia mengisyaratkan masih ada pengerahan dalam skala kecil.

militer taiwan
Presiden Tsai Ing-wen saat memberikan pengarahan kepada pasukan Marinir Taiwan. (Wikimedia Commons/中華民國總統府)

Militer AS sempat mengunggah meski kemudian menghapus video pada awal 2020 yang menunjukkan pasukan khusus Angkatan Darat AS melatih tentara di Taiwan. Pada November 2020, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan dan kemudian membantah kepada media lokal, jika pasukan AS sedang melatih tentara mereka di pulau itu.

"Kami memiliki berbagai kerja sama dengan AS yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami," katanya, kendati tidak merinci jumlah tentara AS yang melatih mereka, namun menggaris bawahi tidak sebanyak yang diperkirakan orang.

Pada Hari Nasional Taiwan pada 10 Oktober, sebagai tanggapan atas meningkatnya aksi militer China, Presiden Tsai mengatakan Taiwan tidak dapat dipaksa untuk mengikuti "jalan yang telah ditetapkan China untuk itu."

"Sama sekali tidak boleh ada ilusi bahwa rakyat Taiwan akan tunduk pada tekanan," tegasnya.

Presiden Tsai juga menyebut, pihaknya yakin Amerika Serikat akan membantu Taiwan, jika China datang menyerang. Kendati, Negeri Paman Sam dan mitra regionalnya tidak memiliki perjanjian yang menjamin bantuan untuk Taiwan. Namun, sejumlah negara sudah menyatakan dukungannya, seiring dengan kondisi yang belakangan terjadi antara Taipei dan Beijing.

Terlebih, dalam Town Hall CNN pekan lalu Presiden Joe Biden secara tegas menyebut akan membela Taiwan jika China melakukan invasi.

Presiden Tsai mengatakan, dia yakin jika Taiwan diserang dari daratan China, AS dan negara-negara demokrasi regional lainnya akan membantunya, "mengingat hubungan jangka panjang yang dimiliki dengan AS."

"Taiwan tidak sendirian karena kami adalah negara demokrasi, kami menghormati kebebasan dan kami adalah pecinta perdamaian. Dan kami berbagi nilai dengan sebagian besar negara di kawasan ini dan secara geografis kami memiliki kepentingan strategis," paparnya, menunjuk pada peran utama pulau itu dalam rantai pasokan semikonduktor global.

Ketika ditanya apakah Taiwan dapat mempertahankan diri tanpa bantuan militer, Presiden Tsai mengatakan, Taiwan akan mempertahankan diri "selama kita bisa."