BKKBN Gandeng Perguruan Tinggi Terjunkan Mahasiswa Dampingi Penanganan Stunting Masyarakat
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

Stunting adalah kondisi anak yang tidak tumbuh sesuai dengan umurnya. Pada anak yang mengalami stunting, sel otak tidak berkembang maksimal. Sehingga mempengaruhi kecerdasan sehingga ada yang telat berpikir atau kurang pintar.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menuturkan, kerja sama ini dituangkan dalam program Kampus Merdeka, di mana para mahasiswa menjalankan perkuliahan sebanyak 20 SKS bertemakan stunting.

Sejumlah program penanganan stunting yang bisa dilakukan mahasiswa lewat kegiatan Kampus Merdeka adalah membangun desa dan proyek kemanusiaan. Selain itu, mahasiswa juga bisa melakukan pengabdian masyarakat dan KKN tematik.

"Ada 11 perguruan tinggi di awal yang sudah bergabung dengan pengentasan stunting. Harapannya, nanti ada 4.600 perguruan tinggi untuk kemudian semua desa bisa tersentuh dengan mahasiswa pendampingan pengentasan stunting," kata Hasto dalam acara Simposium Nasional 2021 secara virtual, Selasa, 26 Oktober.

Dalam implementasinya, Hasto menuturkan mahasiswa perguruan tinggi bisa membantu penguatan perencanaan dan penganggaran penanganan stunting pemerintah desa, lalu peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan maupun juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Selain itu, masyarakat bisa melakukan coaching dan mentoring dan advokasi kepada pemerintah desa, dan juga masalah-masalah yang terkait dengan data penanganan stunting.

"Inilah pendamping keluarga yang nanti akan kita hadirkan di tengah-tengah masyarakat. Kita harus bertekad bersama para mahasiswa dan perguruan tinggi bahwa melalui pendampingan pendampingan keluarga dan juga perguruan tinggi hadir di tengah rakyat," tutur Hasto.

Melanjutkan, Menko PMK Muhadjir Effendi menuturkan, kerja sama antara perguruan tinggi dengan BKKBN terkait penanganan stunting juga bisa menyasar kepada mahasiswa sebagai calon pengantin lewat pendidikan pranikah.

Muhadjir memandang, hal ini menjadi penting karena edukasi mengenai stunting harus disusuri dari level yang paling hulu, yakni tiap individu yang akan membangun rumah tangga.

"Dalam kerja sama ini, maka yang pertama-tama yang harus disentuh adalah bukan mereka penduduk atau masyarakat yang sudah berpasangan, tetapi para mahasiswa dan mahasiswi yang sekarang berada di perguruan tinggi, yang nanti pada akhirnya juga akan menuju ke arah jenjang pernikahan," tutur Muhadjir.

"Karena kita tahu bahwa banyak sekali kasus kasus stunting ini dimulai dari ketidakpahaman yang cukup dalam kaitanya dengan hidup sehat. Terutama yang diderita oleh para remaja yaitu akibat dari diet yang tidak rasional, menyebabkan ada gangguan di dalam perkembangan janin perkembangan rahim dari para remaja putri yang berimplikasi kuat terhadap munculnya kelahiran kelahiran stunting itu,"tambahnya.

Dengan demikian, lanjut Muhadjir, ada dua sasaran yang dicapai di dalam kerjasama antara perguruan tinggi dengan BKKBN.

Di satu sisi, melakukan penyadaran dan pendidikan kepada para mahasiswa yang pada akhirnya kelak juga akan menjadi pasangan suami istri berkeluarga, lalu juga dalam rangka pengabdian masyarakat untuk menjadikan penjelasan pengarahan dan bantuan sekaligus penyelesaian masalah stunting yang ada di masyarakat.