Bagikan:

MEDAN - Warga Belawan, Kota Medan berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Sumatera Utara (Gubsu). Warga memprotes banjir rob yang terjadi di Belawan selama bertahun-tahun.

Unjuk rasa tersebut dilakukan juga dengan aksi mandi air laut oleh salah seorang peserta aksi. Menurut warga, akibat banjir itu, air laut sering menggenangi rumah mereka, bahkan sumber air yang mereka gunakan untuk mencuci dan mandi.

"Air di tempat kami jadi asin karena banjir rob. Ini kami buktikan bahwa air laut di Belawan masih asin," kata koordinator aksi Khairil Chaniago dalam orasinya, Senin, 18 Oktober.

Saat koordinator aksi berorasi, seorang massa aksi menerobos kerumunan dengan membawa ember berisi air laut yang dibawanya dari Belawan.

Dia kemudian mandi di depan petugas Satpol PP yang berjaga di depan gerbang kantor gubernur. Dia bahkan menyiram dan membuat garis dengan air asin itu tepat di barisan petugas.

Beberapa saat kemudian, dia mengangkat ember tersebut, kemudian mengguyur air laut ke kepala dan membasahi seluruh tubuhnya. Massa langsung bersorak dengan aksi laki-laki itu. 

"Hidup warga Belawan yang melawan," teriak mereka.

Menurut Khairil, banjir rob di Belawan sudah terjadi bertahun-tahun. Akhir-akhir ini malah tak tersentuh penanganan dari pemerintah.

"Mereka hanya membuat rencana-rencana, tetapi sampai sekarang belum ada yang terealisasi," katanya.

Drainase di sana juga sudah rusak parah. Ditambah, reklamasi di pesisir Belawan juga semakin memperparah bencana yang tak kenal musim itu.

"Setiap kali turun hujan, setiap kali air pasang, tempat tinggal kami selalu terendam air laut," bebernya.

Mereka mendesak Pemprov Sumut, Pemko Medan dan para wakil rakyat di DPRD Medan dan DPRD Sumut untuk segera mengatasi masalah banjir roh. Salah satunya, membangun tanggul pencegah rob di pinggir pantai, yang selama ini dijanjikan pemerintah.

Warga pendemo juga meminta pemerintah segera merestorasi hutan mangrove yang selama ini menjadi tanggul alami sebagai penyangga air laut dan keseimbangan ekosistem di Belawan. 

"Hutan mangrove di tempat kami sudah rusak. Kami minta segera diperbaiki," pungkasnya.

Satu jam lebih menyampaikan tuntutan di sana, massa kemudian membubarkan diri. Massa tidak berhasil menemui Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.