Anies: Hentikan Fitnah Rumah Sakit Cari Keuntungan Pribadi dari COVID-19
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Foto: Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta masyarakat untuk tidak berbuat gaduh di masa pandemi dengan menyebarkan isu hingga fitnah bahwa ada rumah sakit meraup keuntungan pribadi dalam menangani pasien COVID-19.

Rumah sakit memang bisa mengklaim uang pengganti ketika merawat pasien COVID-19. Sebab, seluruh biaya pengobatan pasien terkonfirmasi positif virus corona ditanggung pemerintah.

"Hentikan segala macam fitnah kepada mereka. Hentikan fitnah dengan isu-isu jahat seakan mereka mencari keuntungan pribadi," kata Anies dalam tayangan video akun Youtube Pemprov DKI yang dilihat pada Sabtu, 25 Juli.

Anies bilang, saat ini para tenaga medis sedang berjibaku menangani pasien COVID-19 yang setiap hari semakin bertambah. Selain itu, mereka juga sangat berisiko tertular virus corona. Tak semestinya ditimpa dengan isu yang belum tentu kebenarannya.

Jika memang ada keluhan terhadap pelayanan kesehatan yang tidak maksimal dari rumah sakit maupun puskesmas yang menangani COVID-19, Anies meminta masyarakat langsung melaporkan ke Dinas Kesehatan atau Kementerian Kesehatan.

"Kalau perlu, laporkan ke Ombudsman, tetapi bukan dengan menyebarkan isu dan fitnah ke publik luas," ucap Anies.

"Kita semua berhutang budi kepada para tenaga kesehatan saat ini. Mari kita dukung mereka supaya mereka benar-benar bisa menjadi benteng pertahanan terakhir untuk menyelamatkan siapapun yang terpapar," tambah dia.

Sampai saat ini, Anies menyebut Jakarta telah memiliki  67 rumah sakit rujukan COVID-19. Rinciannya, ada 4.556 tempat tidur isolasi dan 659 ruang intensive care unit (ICU) khusus COVID-19.

"Jumlah kapasitas tempat tidur ini sudah jauh lebih banyak daripada masa awal pandemi dahulu," ucap Anies.

Selanjutnya soal kemampuan pemeriksaan (testing), setiap minggu, tes swab polymerase chainreaction (PCR) juga meningkat setiap minggunya. Hingga saat ini, jumlah total tes yang sudah dilakukan mencapai 499.410 spesimen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyaratkan ketentuan jumlah orang yang diperiksa. WHO menetapkan standar, 1.000 orang baru dari 1 juta penduduk dites setiap minggunya.

Anies menyebut DKI telah melampaui jumlah standar tes oleh WHO. Dalam 1 minggu terakhir, Jakarta sudah melakukan tes terhadap 39.268 orang baru. Kalau dihitung, ekuivalennya adalah 3 688 orang per 1 juta penduduk dalam seminggu. 

"Kalau WHO standarkan 1000 per 1.000.000 penduduk dalam seminggu, Jakarta juga berhasil melewati standar jumlah tes ini," ucap Anies.