Gagasan Menarik: Ketika Sanksi Gagal Hentikan Pelanggaran, Maka Protokol Kesehatan Harus Diolah Jadi Tren
Ilustrasi foto (Muhd Asyraaf/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Berbagai pelanggaran protokol kesehatan terus terjadi. Pun ketika lonjakan kasus COVID-19 makin parah terjadi. Seorang budayawan memberi sudut pandang menarik. Protokol kesehatan harus dijadikan tren. Barangkali benar. Sebab aturan dan sanksi telah terbukti tak ampuh.

Sari Madjid, yang juga pegiat di Teater Koma mengatakan, "kita sudah melihat itu terjadi. Masker misalnya, saat ini sudah menjadi bagian dari fashion dan tren di masyarakat," katanya, Jumat, 24 Juli.

Ia mencontohkan, saat Lebaran lalu, orang-orang mulai memadupadankan masker dengan busana yang akan dikenakan saat bersilaturahmi. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari. Kini orang-orang mulai memadupadankan masker, warna botol hand sanitizer, hingga wadah tisu basah yang senada dengan busana yang sedang dipakai.

"Di kalangan seniman juga sudah terjadi. Seniman sudah mulai bergaya dengan maskernya. Itu sudah mulai masuk dalam proses adaptasi kebiasaan baru," tuturnya.

Ilustrasi foto (Macau Photo Agency/Unsplash)

Ia mengungkapkan, padu padan masker dan pelindung wajah juga mulai dilakukan para pelaku seni dalam kostum yang akan digunakan untuk pertunjukan. Sari mengatakan beberapa seniman tari mulai merancang kostum yang juga mengenakan masker atau pelindung wajah.

"Beberapa sudah merancang itu. Penonton juga berikutnya harus diatur. Protokol kesehatan bisa menjadi ritual baru dalam pertunjukan kesenian," katanya.

Salah satu kebiasaan baru yang terjadi di kalangan penampil seni adalah penggunaan perlengkapan rias yang tidak bisa lagi digunakan bersama-sama. "Make up tidak bisa lagi digunakan sama-sama. Begitu juga kostum. Jadi masing-masing harus punya make up sendiri," jelasnya.