JAKARTA - Dokumen milik Facebook yang berisi ribuan daftar organisasi dan nama orang secara individu yang dianggap berbahaya bocor ke publik. Salinan dokumen elektronik tersebut setebal 100 halaman.
Seperti yang diungkap Intercept, Facebook menyusun daftar organisasi dan nama itu berdasarkan sejumlah kategori. Kategori organisasi dan individu yang terafiliasi dengan organisasi tersebut di antaranya adalah kelompok yang menebar kebencian, gerakan teror, kriminal, hingga gerakan sosial yang dimiliterisasi.
Daftar ini disusun dari organisasi dan individu yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu organisasi dianggap berbahaya yang masuk adalah Front Pembela Islam (FPI). FPI masuk dalam kategori kelompok ujaran kebencian.
Selain FPI, ada juga organisasi di Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut, yakni Front Jihad Islam, Front Mahasiswa Islam, Forum Umat Islam dan Front Santri Indonesia.
Selain kelompok yang kerap menyampaikan ujaran kebencian, Facebook juga mengategorikan kelompok-kelompok yang dianggap menyebarkan teror. Hampir 1.000 organisasi di seluruh dunia yang masuk ke dalam kelompok tersebut, salah satunya ialah kelompok Abu Sayyaf.
BACA JUGA:
Terdapat juga organisasi-organisasi yang masuk ke daftar kriminal. Mayoritas organisasi yang masuk itu berasal dari Brazil, Meksiko, dan Amerika Utara.
Sementara, pada daftar individu yang dianggap berbahaya, muncul juga nama Muhammad Rizieq Shihab yang merupakan eks pimpinan FPI. Selain Rizieq, muncul juga mantan petinggi FPI lain seperti Habib Ali Alatas, Munarman, dan Muhsin Ahmad al Attas.
Dalam pernyataan kepada The Verge, Facebook mengatakan sebelumnya tidak merilis daftar tersebut karena terlalu banyak mempublikasikan detail yang dapat membahayakan efektivitas moderasi.
“Ini adalah ruang permusuhan, jadi kami berusaha setransparan mungkin sambil juga memprioritaskan keamanan, membatasi risiko hukum, dan mencegah peluang bagi kelompok untuk melanggar aturan kami,” kata direktur kebijakan kontraterorisme dan organisasi berbahaya Brian Fishman.
Dalam utas Twitter, Fishman menambahkan bahwa daftar yang bocor itu "tidak komprehensif" dan terus diperbarui. “Facebook tidak ingin kekerasan terorganisir atau difasilitasi di platformnya dan daftar [individu dan organisasi berbahaya] adalah upaya untuk mencegah kelompok yang sangat berisiko melakukan itu. Itu tidak sempurna, tapi itulah mengapa itu ada," cuitnya.