JAKARTA - Advokat senior Yusril Ihza Mahendra menanggapi tudingan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, yang menyatakan bahwa Yusril patut diduga membela kepentingan invisible power atau kekuatan tertentu yang tidak tampak di permukaan.
"Benny dan aktivis Demokrat tidak pernah berhenti bermain di grey area pergunjingan politik. Pemikirannya penuh ilusi, semua dugaan-dugaan, tetapi dugaan-dugaan itu diumbar ke publik seolah-olah sebuah kebenaran," ujar Yusril saat dikonfirmasi VOI, Rabu, 13 Oktober.
BACA JUGA:
Cara-cara seperti itu, kata Yusril, sebenarnya menunjukkan titik lemah mereka yang tidak mampu untuk “face to face” berdebat soal hukum terkait pengujian AD/ART Demokrat. Sekalipun kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah menarik Hamdan Zoelva untuk berhadapan dengannya.
Yusril menambahkan, keberadaan dirinya di kubu Moeldoko adalah secara profesional. Yakni, sebagai advokat yang murni meluruskan masalah AD/ART agar tak menabrak UU yang berlaku.
"Saya advokat, bekerja membela kepentingan hukum klien berdasarkan surat kuasa yang diberikan. Itu adalah fakta yang tak terbantahkan. Di luar semua itu adalah spekulasi yang bisa juga didasarkan pada ilusi," terangnya.
Menurutnya, langkah Yusril menjadi kuasa hukum empat kader Partai Demokrat kubu Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko patut dipertanyakan karena Yusril tidak memiliki kepentingan yang nyata atau terlihat.
"Karena itu pengacara Yusril sebenarnya bekerja untuk kepentingan siapa? Pengacara Yusril patut diduga kuat tidak bekerja untuk membela kepentingan dari pihak-pihak yang telah memberinya kuasa karena memang tidak ada kepentingan nyata di sana, melainkan untuk membela kepentingan dari kekuatan tertentu yang tidak tampak ke permukaan (atau) invisible power," kata Benny dalam keterangan tertulis, Selasa, 12 Oktober.