Bagikan:

JAKARTA - China pada Hari Selasa berjanji untuk menyuntikkan dana sebesar 233 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp3.314.483.250.000 ke dalam dana baru untuk melindungi keanekaragaman hayati di negara-negara berkembang, selama pertemuan puncak konservasi PBB, meskipun ada ketidaksepakatan di antara para donor utama mengenai inisiatif tersebut.

Beijing telah berusaha memainkan peran yang lebih menonjol secara internasional dalam konservasi keanekaragaman hayati dalam beberapa tahun terakhir.

Kesiapan China untuk menggelontorkan dana ini saat delegasi dari sekitar 195 negara, berkumpul di Kota Kunming, China selatan untuk pertemuan puncak dua bagian pertama tentang perlindungan tanaman, hewan, dan ekosistem.

Konferensi Tingkat Tinggi ini bertujuan untuk menetapkan kesepakatan baru yang menetapkan target untuk tahun 2050 dan 2030.

"China akan memimpin dalam pembentukan dana keanekaragaman hayati Kunming dengan kontribusi modal sebesar 1,5 miliar yuan (sekitar 233 juta dolar Amerika Serikat), untuk mendukung tujuan konservasi keanekaragaman hayati di negara-negara berkembang," ujar Presiden China Xi Jinping saat berpidato di konferensi COP15 pada Hari Selasa, mengutip France 24 dari AFP 12 Oktober.

"China meminta semua pihak untuk berkontribusi pada dana tersebut," lanjut Presiden Xi Jinping.

Proposal utama yang diperdebatkan di konferensi tersebut adalah agenda '30 kali 30\ yang akan memberikan 30 persen status perlindungan daratan dan lautan Bumi pada tahun 2030 mendatang.

Pengeluaran global untuk melindungi dan memulihkan alam perlu tiga kali lipat dekade ini menjadi sekitar 350 miliar dolar Amerika Serikat per tahun pada tahun 2030, melonjak menjadi 536 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun 2050 untuk memenuhi target ini, sebuah laporan PBB mengatakan pada bulan Mei.

Tetapi, beberapa donor negara kaya mengatakan dana baru untuk konservasi tidak diperlukan, karena Global Environment Facility PBB telah membantu negara-negara berkembang membiayai proyek-proyek hijau.

Masalah pendanaan akan dibahas pada negosiasi di Jenewa pada Januari 2022 dan kemudian pada bagian kedua dari KTT pada bulan April dan Mei tahun depan.

Dalam pidatonya Hari Selasa, Presiden Xi Jinping juga mengecam Amerika Serikat dengan mengatakan, "Kita harus mempraktikkan multilateralisme sejati dan mematuhi aturan internasional yang tidak untuk dieksploitasi atau dibuang sesuka hati."

Untuk diketahui, konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati telah diratifikasi oleh 195 negara dan Uni Eropa, dengan para pihak bertemu setiap dua tahun. Diskusi keanekaragaman hayati di COP15 terpisah dari KTT COP26 yang akan dimulai bulan depan di Glasgow, Skotlandia, di mana para pemimpin dunia berada di bawah tekanan untuk bertindak atas krisis iklim.