JAKARTA - Pemimpin Kelompok Tujuh (Negara G7) pada Hari Minggu berjanji untuk mengumpulkan 600 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp8.897.700.000.000.000 dana swasta dan publik selama lima tahun, untuk membiayai infrastruktur yang dibutuhkan di negara-negara berkembang dan melawan proyek Sabuk dan Jalan China yang lebih tua, bernilai triliunan dolar.
Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya meluncurkan kembali "Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global" yang baru berganti nama, pada pertemuan tahunan mereka yang diadakan tahun ini di Schloss Elmau di Jerman selatan.
Presiden Biden mengatakan Amerika Serikat akan memobilisasi 200 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.965.900.000.000.000 dalam bentuk hibah, dana federal, dan investasi swasta selama lima tahun untuk mendukung proyek-proyek di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang membantu mengatasi perubahan iklim serta meningkatkan kesehatan global, kesetaraan gender, dan infrastruktur digital.
"Saya ingin memperjelas. Ini bukan bantuan atau amal. Ini adalah investasi yang akan memberikan keuntungan bagi semua orang," kata Presiden Biden, menambahkan bahwa itu akan memungkinkan negara-negara untuk "melihat manfaat nyata dari bermitra dengan demokrasi," melansir Reuters 27 Juni.
Presiden Biden mengatakan, ratusan miliar dolar tambahan dapat berasal dari bank pembangunan multilateral, lembaga keuangan pembangunan, dana kekayaan negara dan lainnya.
Sementara, Eropa akan memobilisasi 300 miliar euro atau sekitar 4.700.316.795.000.000 untuk prakarsa selama periode yang sama guna membangun alternatif berkelanjutan bagi skema Inisiatif Sabuk dan Jalan China, yang diluncurkan Presiden China Xi Jinping pada 2013, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada pertemuan itu.
Ada pun para pemimpin Italia, Kanada dan Jepang juga berbicara tentang rencana mereka, beberapa di antaranya telah diumumkan secara terpisah. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak hadir, tetapi negara mereka juga berpartisipasi.
Skema Belt and Road Initiative (BRI) China, yang diluncurkan oleh Presiden China Xi Jinping pada tahun 2013, melibatkan inisiatif pembangunan dan investasi di lebih dari 100 negara, dengan berbagai proyek termasuk kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.
Pejabat Gedung Putih mengatakan, rencana Presiden Xi untuk membuat versi modern dari rute perdagangan Jalur Sutra kuno telah memberikan sedikit manfaat nyata bagi banyak negara berkembang, dengan pekerjaan teratas diberikan kepada pekerja China, sementara meningkatkan tingkat pekerja paksa dan pekerja anak.
Presiden Biden menyoroti beberapa proyek unggulan, termasuk proyek pengembangan tenaga surya senilai 2 miliar dolar AS di Angola dengan dukungan dari Departemen Perdagangan, Bank Ekspor-Impor AS, perusahaan AS AfricaGlobal Schaffer, dan pengembang proyek AS Sun Africa.
BACA JUGA:
Bersama dengan anggota G7 dan Uni Eropa, Washington juga akan memberikan bantuan teknis sebesar 3,3 juta dolar AS kepada Institut Pasteur de Dakar di Senegal, dalam rangka mengembangkan fasilitas manufaktur multi-vaksin fleksibel skala industri di negara itu, yang pada akhirnya dapat memproduksi COVID-19 dan vaksin lainnya. .
Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) juga akan memberikan komitmen hingga 50 juta dolar AS selama lima tahun untuk Dana Insentif Penitipan Anak global Bank Dunia yang baru, sebuah proyek yang ditujukan untuk mengatasi kesenjangan dalam infrastruktur pengasuhan anak yang sesuai.