Penuhi Janji Transisi ke Pemerintahan Demokratis, Pemimpin Junta Guinea Tunjuk Perdana Menteri Sipil
Pemimpin Junta Guinea Kolonel Mamadi Doumbouya. (Sumber: eyegambia.org)

Bagikan:

JAKARTA - Junta militer Guinea pada Rabu menunjuk Mohamed Beavogui, mantan pegawai negeri dan ahli keuangan pertanian, sebagai perdana menteri untuk memimpin transisi yang dijanjikan kembali ke pemerintahan demokratis menyusul kudeta pada September.

Beavogui merupakan keponakan Diallo Telli, seorang diplomat Guinea terkenal yang menjabat sebagai sekretaris jenderal pertama Organisasi Persatuan Afrika, pendahulu Uni Afrika, dan dibunuh oleh rezim diktator Sekou Touré pada tahun 1977 .

Sebagai perdana menteri, Beavogui, yang pencalonannya diumumkan dalam dekrit yang dibacakan di televisi nasional, akan mengawasi transisi yang kontur pastinya belum ditentukan, mengutip Reuters 7 Oktober.

Kolonel Mamadi Doumbouya, pemimpin kudeta 5 September melawan Presiden Alpha Conde, dilantik sebagai presiden sementara Jumat lalu. Dia berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan transparan tetapi tidak mengatakan kapan.

"Menurut piagam pemerintahan transisi, Doumbouya akan menjadi presiden, dengan pemerintahan yang terdiri dari perdana menteri sipil dan kabinet, tidak ada yang boleh menjadi kandidat dalam pemilihan," jelas seorang juru bicara junta kepada stasiun penyiaran negara bulan lalu.

Kudeta terhadap Conde di Guinea adalah yang keempat di Afrika Barat dan Tengah sejak tahun lalu, menyusul dua kudeta di Mali dan satu di Chad. Dia membuat marah lawan-lawannya dengan mengubah konstitusi untuk memungkinkan dirinya mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.

Negara-negara Afrika Barat, yang mengkhawatirkan efek penularan di seluruh wilayah, bulan lalu setuju untuk menjatuhkan sanksi kepada anggota junta dan kerabat mereka.

Untuk diketahui, pada 1980-an Beavogui bekerja sebagai pegawai negeri dan di Compagnie des Bauxites de Guinee (CBG), salah satu produsen bauksit terkemuka di negara itu. Guinea memiliki cadangan bijih aluminium terbesar di dunia.

Dia kemudian bekerja untuk Organisasi Pangan dan Pertanian PBB dan, baru-baru ini, sebagai direktur jenderal Kapasitas Risiko Afrika, sebuah badan Uni Afrika yang membantu pemerintah merencanakan bencana alam.