Pukuli Perawat yang Memberikan Istrinya Vaksin COVID-19 hingga Luka-luka, Pria Ini Diburu Polisi
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. (Wikimedia Commons/Claude TRUONG-NGOC)

Bagikan:

JAKARTA - Aparat keamanan Kanada tengah memburu seorang pria yang menurut mereka diduga meninju wajah seorang perawat beberapa kali, menjatuhkannya ke tanah, setelah dia memberikan vaksin COVID-19 kepada istrinya tanpa izin.

Senin 20 September lalu, sekitar pukul 09:15 waktu setempat, seorang pria masuk ke Apotek Brunet di Sherbrooke, sebuah kota di Quebec selatan, dan menuduh seorang perawat berusia 40-an, yang tidak disebutkan namanya oleh polisi, memvaksinasi istrinya, kata juru bicara Kepolisian Sherbrooke, Martin Carrier kepada CNN.

"Tepat di awal, tersangka sangat marah, sangat agresif, dia bertanya kepada perawat mengapa dia memvaksinasi istrinya tanpa persetujuan, tanpa izinya," kata Carrier, seperti dikutip 23 September

"Dia meninju wajah kanannya beberapa kali sehingga perawat tidak punya waktu untuk membela atau menjelaskan dirinya sendiri, jatuh ke tanah dan tersangka berlari keluar dari apotek," sambung Carrier.

Tidak ada undang-undang di Kanada yang mengatakan, bahwa individu memerlukan izin pasangan mereka untuk mendapatkan vaksin COVID-19, dan tidak jelas apakah istrinya telah memberikan persetujuan.

Perawat itu dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan ambulans, di mana dia harus mendapatkan perawatan karena beberpa luka di wajah," terang Carrier.

Akibat insiden tersebut, pihak apotek mengatakan kepada mitra CNN, CBC, mereka menangguhkan program vaksinasi COVID-19. CNN menghubungi apotek, tetapi mereka menolak mengomentari apakah vaksinasi diberikan atau tidak pada Hari Kamis.

Perusahaan induk Brunet Pharmacy, The Jean Cutu Group Inc., juga menolak berkomentar, tetapi mengatakan kepada CNN, mereka "sepenuhnya mengutuk tindakan ini yang tidak dapat diterima terhadap tim farmasi yang telah menyediakan layanan penting sejak awal pandemi."

Untuk diketahui, Kanada telah memvaksinasi sekitar 69,8 persen populasinya, melampaui Amerika Serikat sebesar 15,6 persen, menurut data dari Our World in Data, terlihat di pelacak vaksin CNN.

Meskipun sebagian besar orang Kanada menyambut baik langkah-langkah kesehatan masyarakat dan negara itu memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di seluruh dunia, jumlah kasus dan rawat inap terus meningkat, menurut Badan Kesehatan Masyarakat Kanada, terutama di kalangan orang Kanada yang lebih muda dan tidak divaksinasi.

Polisi tidak memiliki nama atau foto tersangka atau rekaman keamanan dari insiden tersebut, kata Carrier. Namun mereka memiliki deskripsi pria itu dan berharap dengan bantuan publik, mereka akan dapat mengidentifikasi dia dan mendakwanya dengan penyerangan.

"Tersangka digambarkan sebagai, pria berusia 30 hingga 45 tahun, tinggi 6 kaki, tubuh sedang dengan kulit lebih gelap, rambut cokelat pendek, alis tebal, dua tindikan kecil di setiap telinga dan tato di tangannya yang tampak seperti berbentuk salib," pungkas Carrier.