Partai Ummat Instruksikan Kader Nobar Film G30SPKI, Ridho Rahmadi: Barangkali Nanti Tidak Ada Lagi di Buku Sejarahmu
Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi (Foto: Instagram @ridhorahmadiofficial)

Bagikan:

JAKARTA - Partai Ummat menginstruksikan fungsionaris dan para kader partainya untuk nonton bareng (nobar) Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. 

Instruksi ini disampaikan kepada seluruh fungsionaris, kader, anggota, dan simpatisan Partai Ummat. Diimbau juga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak.

"@partaiummatofficial mengajak seluruh anak bangsa untuk jangan melupakan bahaya PKI. Dengan menonton film G30SPKI, kita menolak melupakan kebiadaban PKI. #g30spki #lawankezaliman," demikian instruksi yang dikutip dari laman Instagram @partaiummatofficial, Rabu, 29 September. 

Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi juga mengingatkan tentang peristiwa 56 tahun lalu tersebut. Di mana selalu diingat setiap tanggal 30 September.

"Untuk yang sudah tahu, jangan sekali-sekali lupa. Untuk yang baru tahu, dengarkan seksama, karena barangkali nanti, tidak ada lagi di dalam buku sejarahmu," kata Ridho di laman instagramnya @ridhorahmadiofficial, Rabu, 29 September.

Menantu Amien Rais ini mengatakan, di Jakarta, 56 tahun yang lalu, dini hari 1 Oktober 1965, beberapa kelompok pasukan di bawah pimpinan Letkol Untung menculik dan membunuh 6 Jenderal dan 1 Perwira.

Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, Lettu Pierre Andreas Tendean.

Jasad pahlawan-pahlawan itu dimasukkan ke dalam sumur di Lubang Buaya sana. Berdiameter75 cm dengan kedalaman 12 meter. "Sungguh biadab!" tegasnya.

Di Yogyakarta, Brigadir Jenderal Katamso dan Kolonel Sugiyono disiksa dan dibunuh, dimasukkan ke dalam lubang di Kentungan.

"Tragedi berdarah ini didalangi oleh PKI yang diketuai DN Aidit," tulisnya.

PKI, kata Ridho, ingin merebut kekuasaan dan mengganti Pancasila dengan ideologi komunisme.

"Atas pertolongan Allah SWT, pemberontakan itu gagak total. Kalau saja Tuhan tidak menolong Bangsa Indonesia saat itu, barangkali Republik ini tinggal cerita," demikian Ridho.