Bagikan:

JAKARTA - Lama menghilang dari konstelasi politik nasional, Ketua Majelis Syura Partai Ummat Amien Rais muncul dan berbicara mengenai 5 bahaya dari pengkhianatan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965 lalu atau G30S PKI.

Menurutnya, pemberontakan atau pengkhianatan G30S PKI paling berbahaya dan biadab dibandingkan dengan berbagai pemberontakan sebelumnya. Dia mengingatkan, gerakan ini paling berisiko tinggi kalau sampai terulang kembali. 

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyebutkan, setidaknya ada lima sebab mengapa sangat berbahaya. Pertama, kata Amien, PKI tidak pernah punya keyakinan nasionalisme yang betul-betul patriotik. 

"Kaum komunis di mana pun selalu punya jaringan internasional dan kadang-kadang menjadi jongos dari kekuatan komunis yang lebih perkasa. Dulu kalau nggak berkiblat ke Moskow, ke Beijing," ujar Amien, dikutip dari Kanal YouTube Amien Rais Official, Jumat, 1 Oktober.

Kedua, lanjut mantan Ketua MPR itu, PKI dan kaum komunis jelas adalah kaum ateis. Artinya anti-Tuhan, antiagama, tidak percaya kepada alam akhirat.

"Jadi tentu bertentangan, diametral dengan seluruh keyakinan agama, dan ini sesuatu yang kita sudah tahu semuanya," katanya.

Ketiga, karena tidak percaya Tuhan, kata Amin, prinsip immoralnya adalah tujuan menghalalkan cara. Jadi, menurutnya, berbohong, menipu, memfitnah, menjebak, dan menyiksa, adalah tipikal kaum komunis.

Keempat, lanjut Amien, nyawa manusia buat penganut komunisme memang tidak lebih penting dari nyawa marmut atau kelinci. "Mereka, membunuh itu enteng sekali, seperti tidak mengenal dosa," kata Amien.

Kelima, tambah Amien, kaum komunis di Indonesia, memang lebih ganas dan lebih berbahaya buat bangsa kita sendiri.

"Apalagi dewasa ini melihat ada kesempatan luas untuk berancang-ancang merebut kekuasaan negara," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi juga mengingatkan para kader untuk menonton film tentang peristiwa G30S/PKI.

"Untuk yang sudah tahu, jangan sekali-sekali lupa. Untuk yang baru tahu, dengarkan seksama, karena barangkali nanti, tidak ada lagi di dalam buku sejarahmu," kata Ridho di laman instagramnya @ridhorahmadiofficial, Rabu, 29 September.