Bagikan:

JAKARTA - Bank Dunia memperkirakan terdapat sekitar 70 juta hingga 120 juta orang masyarakat dunia yang masuk ke dalam jurang kemiskinan pada tahun ini. Hal ini merupakan dampak dari pandemi COVID-19.

Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan, kenaikan tingkat kemiskinan di global otomatis akan meningkatkan rasio gini. Artinya, tingkat ketimpangan penduduk di banyak negara juga akan meningkat, termasuk di Indonesia.

Mari Elka menilai, pemerintah Indonesia perlu memberikan dukungan dalam rangka mencegah potensi terjadinya penambahan penduduk miskin dan kesenjangan sosial terutama untuk kelompok rentan.

"Kemiskinan itu akan terjadi, jadi dibutuhkan respons kebijakan yang memastikan bahwa kesenjangan tidak semakin diperparah akibat pandemi," tuturnya, dalam peluncuran Indonesia Economic Prospect, Kamis, 16 Juli.

Di sisi lain, Mari juga menyarankan, agar pemerintah dapat memperluas skala jangkauan dalam pemberian stimulus perlindungan sosial terutama untuk sektor informal.

Lebih lanjut, ia juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk dapat melakukan sinkronisasi data agar stimulus perlindungan sosial bisa terealisasi lebih baik.

"Data ini untuk monitoring apakah yang dilakukan berhasil mencapai tujuan secara efektif atau belum," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia naik 1,63 juta orang dari 24,79 juta orang menjadi 26,42 juta orang per Maret 2020. Kenaikan ini terjadi di tengah pandemi COVID-19.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat kemiskinan kini mencapai 9,78 persen dari total populasi nasional. DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten menyumbang tingkat kemiskinan paling tinggi pada Maret.

Rinciannya, tingkat kemiskinan DKI Jakarta naik 1,11 persen dari 3,42 persen menjadi 4,53 persen. Diikuti dengan Jawa Barat yang naik 1,06 persen dari 6,82 persen menjadi 7,88 persen. Kemudian, tingkat kemiskinan Banten terlihat naik 0,98 persen. Kemiskinan di wilayah tersebut berada di posisi 5,92 persen dari sebelumnya 4,94 persen.