WHO: Masa Depan Tak Akan Kembali Normal
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (Sumber: Twitter/@WHO)

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 13 juta. Dalam lima hari terakhir, kasus COVID-19 naik hingga satu juta.

Melansir Reuters, Selasa, 14 Juli, pandemi COVID-19 telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dalam enam setengah bulan. Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, suasana tidak akan kembali normal untuk masa yang akan datang, terutama jika tindakan pencegahan terus diabaikan.

Setelah kasus pertama dilaporkan di China sekitar Desember 2019, butuh tiga bulan untuk mencapai satu juta kasus. Sedangkan secara global, hanya butuh lima hari untuk naik menjadi 13 juta kasus dari yang sebelumnya terdapat 12 juta.

Sementara, di India, negara dengan jumlah COVID-19 tertinggi ketiga di dunia, memiliki rata-rata 23 ribu kasus baru setiap harinya sejak awal Juli. "Biarkan saya berterus terang. Terlalu banyak negara menuju ke arah yang salah. Virus tetap menjadi musuh publik nomor satu," katanya dalam sebuah pengarahan dari kantor pusat WHO di Jenewa.

“Jika langkah-langkah dasar tidak diikuti sebagai satu-satunya cara menghadapi pandemi, ini akan menjadi semakin buruk. Padahal tidak harus seperti ini."

Data menunjukkan penyakit ini mengalami peningkatan jumlah tercepat di Amerika Latin. Lebih dari setengah jumlah kasus COVID-19 secara global berasal dari AS.

Beberapa bagian dunia, terutama Amerika Serikat (AS) dengan lebih dari 3,3 juta kasus yang dikonfirmasi masih mengalami peningkatan besar dalam gelombang pertama infeksi COVID-19. Sementara, yang lain menghadapi upaya meratakan kurva dan melonggarkan aturan pembatasan kegiatan.

Beberapa tempat, seperti Kota Melbourne di Australia dan Leicester di Inggris kembali melakukan kuncitara. Hong Kong memiliki jumlah kasus COVID-19 yang terbilang rendah yaitu 1.522, namun akan kembali memperketat langkah-langkah physical distancing di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang gelombang ketiga.

AS melaporkan rekor jumlah harian yaitu 69.070 dalam satu hari pada 10 Juli. Di Brasil, total 1,86 juta orang dinyatakan positif, termasuk Presiden Jair Bolsonaro dan lebih dari 72 ribu orang telah meninggal.

Ajang politik

Angka COVID-19 meningkat di sekitar 40 negara bagian AS.  Namun Presiden AS Donald Trump dan pejabat Gedung Putih telah berulang kali mengatakan penyakit ini terkendali dan sekolah harus dibuka kembali pada musim gugur.

"Presiden dan pemerintahannya mengacaukan kesehatan anak-anak kita," kata Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

“Kita semua ingin anak-anak kita kembali ke sekolah, orangtua dan anak-anak. Tetapi mereka harus kembali dengan selamat. "

Kepala kedaruratan WHO Mike Ryan mendesak AS untuk tidak menjadikan sekolah sebagai "ajang politik" dengan mengatakan mereka dalam keadaan aman untuk bersekolah karena penyebaran virus corona yang berhasil ditekan.