Bagikan:

JAKARTA - Negara-negara yang mengurangi pembatasan kegiatan yang diberlakukan untuk memerangi penyebaran COVID-19 harus menunggu setidaknya dua minggu untuk mengevaluasi dampak dari pembatasan kegiatan tersebut. Hal ini disampaikan langsung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Melansir Reuters, Kamis 16 April, dalam pertemuan untuk pembaruan strategi itu WHO mengatakan bahwa dunia berada pada "titik penting" dalam pandemi. Kecepatan, skala, dan kesetaraan harus menjadi prinsip panduan ketika memutuskan tindakan apa yang diperlukan seterusnya.

WHO juga mengimbau setiap negara harus menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang komprehensif. Hal tersebut untuk mempertahankan kondisi stabil tingkat rendah atau saat kondisi tanpa transmisi yang berkelanjutan.

Negara-negara di dunia juga harus mempersiapkan reaksi cepat jika suatu hari lonjakan cepat kembali terjadi. Beberapa negara yang paling terpukul oleh virus ini sekarang mempertimbangkan untuk mencabut aturan lockdown dan memulai kembali kehidupan normal.

WHO mengatakan bahwa setiap keputusan seperti itu harus dilakukan secara bertahap dan disertai evaluasi dampaknya sebelum langkah-langkah baru selanjutnya diambil.

Diketahui, China mulai mencabut beberapa pembatasan yang paling ketat yang diberlakukan di Provinsi Hubei, di mana penyakit ini pertama kali muncul pada akhir tahun lalu. Di Amerika Serikat (AS), negara yang memiliki jumlah kasus dan kematian terbesar di dunia, Presiden Donald Trump mendesak beberapa gubernur negara bagian untuk mulai membuka kembali kegiatan bisnisnya. 

Beberapa negara di Eropa juga telah memulai langkah kecil untuk mengurangi aturan physical distancing atau pun lockdown. Beberapa bisnis di Spanyol, termasuk konstruksi dan manufaktur, telah diizinkan untuk kembali melanjutkan kegiatannya meskipun toko, bar dan ruang publik harus tetap ditutup hingga setidaknya 26 April.

Italia, yang memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia, mempertahankan beberapa pembatasan ketat terhadap aktivitas masyarakat. Sementara, Denmark akan membuka kembali pusat penitipan anak dan sekolah untuk anak-anak kelas satu hingga lima. 

“Untuk mengurangi risiko wabah baru, langkah-langkah harus diambil secara bertahap, langkah-langkah yang bijaksana berdasarkan penilaian risiko epidemiologis dan manfaat sosial ekonomi dalam mencabut aturan pembatasan kerja, lembaga pendidikan, dan kegiatan sosial lainnya,” kata pihak WHO.

“Idealnya akan ada minimal 2 minggu (sesuai dengan masa inkubasi COVID-19) setiap fase transisi, untuk memberikan waktu yang cukup memahami risiko wabah baru dan merespons dengan tepat," tambahnya.

WHO tanpa lelah memperingatkan bahwa masih banyak risiko yang akan dihadapi. Beberapa di antaranya adalah risiko kembalinya wabah dan kebangkitan COVID-19 yang akan terus berlanjut. Organisasi kesehatan global yang bermarkas di Jenewa, Swiss itu juga mengeluarkan nasihatnya kepada AS.

WHO sebelumnya mendapat kecaman dari AS atas bahwa organisasi kesehatan tersebut terlalu China-sentris. Trump bahkan mengatakan bahwa AS akan menunda pendanaan terhadap WHO. Padahal dalam masa genting seperti ini, seharusnya AS bisa berpegangan tangan dengan negara-negara lain agar mampu melawan pandemi COVID-19, bukan justru memotong bantuannya.