JAKARTA - Nasib biro perjalanan (travel) saat ini sudah semakin di ujung tanduk. Jangankan untuk menghadapi pandemi COVID-19. Jauh ke belakang, mereka juga sudah babak belur dihajar aplikasi pemesanan tiket perjalanan atau hotel.
Di balik kemudahan kita membeli dan mencari tiket serta penginapan melalui gawai, ada ancaman serius bagi banyak biro perjalanan. Mereka terancam karena kemudahan masyarakat mengakses secara online. Apalagi, di masa pandemi virus Corona, biro perjalanan kian terpuruk, karena sepinya pemesanan.
Keluhan ini disampaikan Anggota Komisi X DPR RI, Rano Karno kala rapat virtual Panitia Kerja (Panja) Pemulihan Pariwisata Komisi X DPR RI, Senin, 13 Juli. Keluhan itu merujuk pada pengalamannya yang pernah menjalankan usaha biro perjalanan haji dan umroh.
"Saya sendiri pelaksana langsung dari pariwisata ini. Dulu saya punya biro travel haji dan umroh. Dengan hadirnya aplikasi, dunia pariwisata sudah mulai tergeser. Dulu biro travel hidup dari diskon. Sekarang enggak ada lagi diskon, karena sudah bisa pesan tiket online. Kalau dulu booking hotel lewat travel biro, sekarang sudah bisa langsung dengan aplikasi online," papar Rano seperti dilansir dari laman resmi DPR.
Merujuk pada data International Air Transport Association (IATA), volume penjualan tiket penerbangan turun lebih dari hampir 95 persen dalam periode 26 Januari hingga 24 April 2020. Para maskapai melalukan pengurangan besar-besaran frekuensi penerbangan. Saat ini banyak maskapai yang berutang kepada agen perjalanan.
BACA JUGA:
"Kondisi ini tidak hanya mengganggu cashflow travel agent, juga membahayakan bagi konsumen. Klien korporasi atau pemerintah yang memiliki tempo kredit dengan travel agen umumnya enggan membayar tiket pesawat yang di-refund. Sedangkan travel agent harus memproses refund kepada maskapai yang memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan," jelas Ketua Komite Tetap Pariwisata Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DKI Jakarta, Amien Balubaid.
Seperti dilansir Tempo, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata alias Asita Budijanto Ardiansjah mengatakan saat ini 98 persen perusahaan anggota asosiasinya sudah tutup sementara menyusul mewabahnya Virus Corona alias COVID-19. Ada tiga alasan bagi perusahaan biro perjalanan untuk tak beroperasi dalam kondisi ini.
"Pertama, kami mematuhi anjuran pemerintah terkait bekerja dari rumah, lalu kondisi saat ini pun sudah zero transaction, dan alasan terakhir adalah untuk efisiensi," ujar Budijanto.
Jumlah anggota Asita saat ini sekitar 7.000 perusahaan dengan total jumlah karyawan berkisar 60 ribu orang di seluruh Indonesia. Yang masih sanggup beroperasi, menerapkan sistem piket. Namun, apabila hingga akhir bulan ini situasi tidak banyak berubah, diperkirakan mereka juga akan menutup sementara usahanya.