JAKARTA - Napi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Tangerang Banten banyak yang mengalami kecemasan dan kesulitan tidur. Ini semua akibat peristiwa kebakaran di blok C yang menewaskan 48 orang hingga saat ini.
"Belasan dokter psikiater dan psikolog diturunkan. Melakukan terapi kejiwaan dan terapi pengobatan. Sejauh ini belum ada yang naik pada tahap rujukan,” kata Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan, RSUD Kota Tangerang, dr Amir Ali dalam keterangannya, Kamis 16 September.
Proses terapi dilakukan secara orang per orang (person to person). Dia mengaku baru sekitar 83 napi yang ditangani.
"Angka ini masih akan terus bertambah. Jika trauma healing seperti ini tidak dilakukan, tidak menutup kemungkinan, para napi dapat mengalami kecemasan yang lebih dalam atau depresi yang mendalam," jelasnya.
Setelah empat hari trauma healing ini selesai, terapi rutin akan dilakukan jajaran dokter Kemenkumham. "Kami Dinkes dan pihak RSUD bersiap untuk kesiapan obat-obatan dan menerima napi yang sekiranya membutuhkan penanganan rujukan yang lebih mendalam,” ujar dr Amir.
BACA JUGA:
Kepala Bidang P2P, Dinkes Kota Tangerang dr Indri Bevy mengungkapkan program trauma healing digelar sejak Selasa (14/9) hingga Jumat (17/9) bersama RSUD Kota Tangerang dan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). Trauma Healing saat ini difokuskan pada para napi, dan nanti dilanjutkan ke petugas yang bertugas saat kejadian.
Ia menjelaskan, sejak hari kedua insiden kebakaran terjadi, tim Dinkes sudah turun untuk melakukan pendekatan, penenangan dan pendalaman terkait sejauh apa gangguan psikis atau mental yang diderita korban selamat di Blok C. Begitu juga dengan mereka di blok tetangga yang sekadar mendengar atau melihat proses kejadian.
"Sebelum para napi bertemu dokter, Dinkes telah menyebar kuesioner dengan 29 poin pertanyaan. Dari hasil itu baru ditentukan mereka membutuhkan penanganan psikiater atau psikolog dengan berbagai status traumanya,” kata dia.
Sementara itu napi kasus narkoba berinisial H mengaku setelah kejadian cukup mengalami trauma. Terlebih, salah satu korban yang meninggal merupakan temannya juga.
"Mungkin karena saya kepikiran dan mengingat-ngingat dia, jadi saya merasa dia datang ke saya. Tapi kalau sekarang, yang saya rasa lebih ingin ke suasana yang ramai, tidak mau sepi. Jadi pelayanan kesehatan seperti ini saya butuhkan agar saya tahu kejiwaan saya,” kata dia.