JAKARTA - Anwar (nama samaran) hanya dapat menahan tangis saat ditemui di rumahnya, kawasan Kabupaten Tangerang, Selasa, 14 September. Kabar kebakaran Blok C2 Lapas Kelas 1 A Tangerang yang menewaskan 45 warga binaan membuatnya berduka.
Bagaimana tidak, sebagian besar korban insiden nahas tersebut merupakan sahabat Anwar kala berseragam tanahan. Pikiran mantan warga binaan yang lepas pada akhir 2020 di kasus narkoba ini melayang jauh, mengenang manis getir kehidupan selama di lapas.
"Si Epi, Kusnaedi, si Jenong. Temen gua semua itu," ujarnya sembari menahan tangis dilansir dari ERA.id, Rabu, 15 September. Anwar merasa janggal dengan kabar duka ini sebab selama berada disana pintu sel tidak pernah dikunci.
"Enggak pernah dikunci, malem siang nggak pernah dikunci. Yang dikunci itu pintu utama. Tapi kalo di kamar-kamar nggak pernah, nggak pernah dikunci. Gua masih kepikiran, kok kenapa dikunci, gua 4 tahun disana," katanya.
Dia mengaku, saat itu suasana di Lapas yang penuh sesak membuat sel tak dikunci. Para warga binaan yang tak tertampung di kamar maka menempati luar sel untuk tidur, tepatnya di Aula. Lalu, untuk memudahkan Mandi Cuci Kakus (MCK) atau buang air napi yang tidur di aula maka kamar tak dikunci. Pasalnya, kamar mandi ada di sel.
"Nggak pernah dikunci kamar, gua dari D1 D2 nggak dikunci, pindah lagi gua ke A2 nggak pernah dikunci, nggak pernah dikunci demi Allah, terus A3 ngga dikunci juga. C juga sama nggak pernah dikunci, soalnya kan anak aula kencing sama berak di kamar kan gitu. Iya dong," jelas Anwar.
Kendati demikian, dia hanya dapat bertawakal dengan kejadian ini. Bila pada kebakaran tersebut ada unsur kesengajaan dia berharap polisi segera menghukum pelakunya.
"Emang harus diusut, itu teman-teman gua meninggal, meninggal kagak wajar. Mending mati bunuh diri, ini mati dibakar," katanya dengan nada lirih manahan tangis.
Liarnya Kehidupan Narkoba di Lapas
Untuk peredaran narkoba kata Anwar pun di sana sangat bebas. Setiap blok terdapat kamar yang menjual atau memproduksi narkoba. Napi menyebut kamar tersebut Apotik. Apotik tersebut dioperasikan oleh napi penguasa.
"Apotik banyak. Memang gudang narkoba disana, surga narkoba disitu. Disana malah kayak Texas di Amerika. Justru amanan disana make Narkoba mah. Mau lu kenceng kayak mana juga aman," tuturnya.
Kata Anwar, sabu merupakan barang yang mudah didapat bila dibandingkan dengan Ganja. "Mungkin karena ukurannya-kan, gele (ganja) gede. Kalau sabu bisa kantongin, bisa racik di dalem juga. Tiap blok ada Apotik," imbuhnya.
Dia mengatakan harga sabu di Lapas tersebut berkisar Rp100 ribu untuk ukuran kecilnya. Sementara, ganja per linting kecil dengan campuran tembakau Rp20 ribu.
BACA JUGA:
"Gele setau gua, dulu 20 ribu selinting kecil campuran (campur tembakau). Kalau sabu paling kecil cepe (Rp100 ribu), bisa 5-6 hisap per orang, sendiri tapi ya. Mau beli satu gram, dua gram juga ada," kata Anwar.
Anwar mentuturkan tak sulit untuk mencari barang haram tersebut di dalam Lapas. Dari Blok A hingga G ada napi yang menjual narkoba.
"Orang gua pernah make disana juga kok. Blok mana sih yang nggak ada apotik, ada apotik semua. Kalau nggak ada narkoba bete (bosan) juga lu, iye kan, iye dong hukuman lama ye kan. Blok C2 ada apotiknya itu, dua kamar (dijadiin apotik). Ada 3 apotik, bosnya 1 orang," katanya.
Kata dia untuk menyelundupkan barang haram atau bahannya, napi yang menjual dan meracik akan bekerja sama dengan sipir Lapas. Sipir akan dibayar untuk mengirimkan barang tersebut sampai ke napi yang memintanya.
"Sekarang gini aja, di dalem ada narkoba, otomatis ada pemainnya. Ada kerjasama, sama petugas Lapasnya, kan nggak bisa buka-buka (napi). Kan emang dari kehidupan jalannya emang dari narkoba. Jangan salah, petugas juga make (narkoba)," ungkap Anwar.
Selain narkoba, minuman keras juga mudah didapatkan. Harga sekitar Rp100 hingga Rp150 ribu per botol. Caranya, hanya tinggal memesan kepada sipir yang dikenal.
"Mau nyewa perempuan juga bisa, gila disana mah, makenya di samping. Cewek dipanggil 3 orang, 4 orang. Yang bawa sipirnya. Mereka Dateng besuk aja. Ceweknya cakep-cakep lagi. Intinya mah yang punya duit yang bisa. Duit yang berkuasa disana (Lapas Kelas 1 Tangerang," jelasnya.
Anwar mengungkapkan kalau kehidupan di Lapas tersebut memang keras. Mulai dari keributan, judi, seks, hingga peredaran narkoba bak Texas di Amerika. Apapun dapat dilakukan yang penting punya uang. Kata dia, keributan antar napi memang sering terjadi hanya karena hal sepele.
Seperti tingkah laku napi yang tak disukai oleh napi lainnya hingga hutang piutang soal narkoba.
"Nggak demen sama gayanya dihajar. Nagih utang (narkoba) yang nagih ribut disana. Direbong tuh, Datang masa masa juga. Emang dulu ada bentrokan, dulu banget Blok B sama Blok D bentrok," ungkapnya.
"Kalau di sana emang nggak ada bendera (geng). Kalau Kepala suku ada, kapten, komandan. Jadi main suku, misalnya barat nih, barat pusat, Tangerang, Tangerang Selatan," ucap Anwar.