Data COVID-19 Pusat dan Daerah Masih Beda, Satgas Minta Kecepatan Sinkronisasi Depok Ditiru
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito/IST

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut saat ini pemerintah masih melakukan sinkronisasi perbedaan data COVID-19 antara pemerintah pusat dan daerah.

Wiku meminta daerah lain meniru Kota Depok yang mampu mensinkronisasi 17 ribu data kasus selama satu minggu. Sebelumnya, belasan ribu kasus tersebut belum tercatat dalam sistem satu data Kemenkes, New All Record (NAR).

"Berkaca dari pengalaman yang dilakukan Depok dapat diselesaikan selama satu minggu untuk sinkronisasi sekitar 17 ribu kasus," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Jumat, 10 September.

Wiku mengimbau agar seluruh daerah yang masih memiliki perbedaan data kasus COVID-19 dengan pemerintah pusat untuk segera melaporkan dan sinkronisasi selama satu minggu.

"Dimohon kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk melakukan sinkronisasi data dan berkoordinasi dengan Pusdatin Kemenkes, manfaatkan waktu satu minggu ini untuk menyelesaikan," ucapnya.

Selain itu, Wiku berharap tidak ada lagi laporan data yang terlambat dari daerah ke pusat sehingga pengambilan kebijakan bisa cepat dan tepat.

"Tidak ada lagi perbedaan data yang berbeda antara pusat dan daerah ke depannya," lanjut dia.

Sebelumnya, Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyebut masih ada 18,3 persen data kasus aktif di daerah yang belum diperbarui selama lebih dari 21 hari.

"Terdapat data kasus aktif di daerah yang belum diperbaharui lebih dari 21 hari jumlahnya sekitar 49 ribu kasus," kata Nadia pada Kamis, 26 Agustus.

Dari jumlah tersebut, lima provinsi yang memiliki jumlah kasus aktif belum ter-update paling banyak berada di Jawa Tengah sebesar 28,9 persen, Jawa Barat 24,6 persen, Papua 70,3 persen, Sumatera Utara 12,3 persen, dan Jawa Timur 10,5 persen.

"Kami mengimbau agar pemerintah daerah segera memperbaharui data tersebut. Data ini terus bergerak jumlahnya, mengingat masih ada data yang disampaikan yang merupakan data yang sudah lama," ucap Nadia.