Dihantam COVID Varian Delta, PM Pham Minh Chinh Akui Vietnam Mulai Krisis Materi dan Mental
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Pham Minh Chinh memperingatkan bahwa Vietnam dapat menghadapi pertempuran panjang melawan COVID dan tidak dapat mengandalkan tindakan penguncian dan karantina tanpa batas waktu.

Vietnam telah mengerahkan tentara dan memaksa penduduk kota terbesarnya untuk tinggal di rumah mereka dalam beberapa pekan terakhir dalam tindakan paling drastis untuk memerangi wabah yang telah menghancurkan apa yang merupakan salah satu rekor penahanan wabah terbaik di dunia.

"Kami tidak dapat menggunakan tindakan karantina dan penguncian selamanya, karena akan menyebabkan kesulitan bagi masyarakat dan ekonomi," kata Perdana Menteri Pham Minh Chinh dikutip dari Reuters via Antara, Rabu, 1 September kemarin. 

Pelacakan kontak yang agresif dan prosedur karantina di negara berpenduduk 98 juta orang itu telah berhasil mengendalikan virus selama lebih dari setahun. Tetapi varian Delta yang sangat menular telah menghantam Vietnam dengan keras.

Total kasus melonjak dari hanya beberapa ribu pada akhir April menjadi 480.000 saat ini, dengan lebih dari 12.000 kematian. Ho Chi Minh City merupakan daerah yang paling parah terkena dampaknya. Pihak berwenang melaporkan 13.197 infeksi dan 271 kematian pada Kamis hari ini. 

Pembatasan menyebabkan "kesulitan materi dan mental," kata Chinh saat bertemu para ahli untuk mendengar gagasan tentang upaya memerangi virus.

Langkah-langkah tersebut juga telah memaksa perusahaan dalam bisnis padat karya, termasuk pemasok untuk merek seperti Nike dan Adidas menangguhkan operasi.

Hasil industri Vietnam pada Agustus turun 7,4 persen dari tahun sebelumnya, sementara ekspor turun 5,4 persen. Penjualan ritel barang dan jasa anjlok 33,7 persen, menurut angka resmi pemerintah.

Chinh mengatakan mencegah kematian adalah prioritas utama dan vaksinasi adalah langkah strategis utama.

Hanya 2,9 persen dari populasi Vietnam yang telah diinokulasi, sementara tingkat kematiannya 2,5 persen lebih tinggi dari tingkat global 2,1 persen, menurut data kementerian kesehatan.

"Pandemi COVID-19 berkembang dengan cara yang rumit dan tidak dapat diprediksi dan dapat berlangsung lama," kata Chinh.