Bagikan:

JAKARTA - Negara bagian Uttar Pradesh di India memerintahkan penutupan sekolah-sekolah, di tengah usaha untuk menahan penyebaran wabah demam virus yang tidak diketahui asalnya, Hindustan Times melaporkan pada Hari Senin.

"Penyebab lonjakan kasus masih dalam penyelidikan, tetapi gejalanya seperti demam berdarah", kata Amit Mohan Prasad, kepala sekretaris (kesehatan) negara bagian itu, kepada India TV, seperti mengutip Sputnik 31 Agustus.

Otoritas setempat menyebut, sekolah akan tetap tutup hingga 6 September mendatang untuk siswa kelas 1 hingga kelas 8.

Tujuh puluh orang, termasuk 12 anak-anak, dilaporkan meninggal karena penyakit misterius tersebut. Sementara, Menteri Kesehatan Uttar Pradesh Jai Pratap Singh disebutkan membantah laporan tersebut, menyatakan bahwa 32 anak-anak dan tujuh orang dewasa telah meninggal.

Sebagian besar pengidap demam menderita suhu tinggi, dehidrasi dan jumlah trombosit yang rendah. Gejala yang mirip dengan demam berdarah, seperti demam, sakit kepala parah, nyeri otot, mual, dan pembesaran kelenjar getah bening, telah terdeteksi pada beberapa dari mereka yang terinfeksi.

sekolah di india
Ilustrasi murid sekolah di India. (Wikimedia Commons/Pippa Ranger/Department for International Development)

Sebelumnya melansir Telegraph 8 Desember, India pun sempat dilanda penyakit misterius yang menewaskan satu orang dan menyebabkan lebih dari 500 orang lainnya dirawat, terutama anak-anak, di Negara Bagian Andhra Pradesh, India Selatan.

Laporan awal medis menyebut hal itu diyakini sebagai keracunan neurotoksik massal.

Semua korban mengalami peningkatan kadar logam berat yang sangat beracun dalam aliran darah mereka, termasuk timbal dan nikel, menurut sebuah studi pendahuluan oleh All India Institute of Medical Sciences (AIIMS).

"Kami secara tentatif telah mengidentifikasi penyebab utama dari fenomena aneh ini, tetapi belum jelas apa sumbernya dan bagaimana dan mengapa hal itu terjadi,” kata Katamaneni Bhaskar, komisaris kesehatan negara bagian di Andhra Pradesh.

"Misalnya, bahan kimia ditemukan di tubuh pasien tetapi tidak di air atau zat makanan lainnya," tandasnya.

Penduduk Eluru menyalahkan kampanye anti-nyamuk saat itu, yang menggunakan pestisida organoklorin untuk membunuh serangga, karena zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan saraf yang parah pada manusia jika terjadi paparan tingkat tinggi yang tidak disengaja.

Anak-anak sangat rentan terhadap keracunan organoklorin karena mereka menyerap tingkat logam berat yang lebih tinggi daripada orang dewasa, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Ini adalah kontaminasi neurotoksin dengan kemungkinan besar dari timbal dan nikel tetapi kami belum menetapkan sumber infeksi," sebut Dr. AVR Mohan, Pengawas Medis untuk rumah sakit distrik di Eluru.

"Itu pasti berasal dari beberapa pestisida atau bahan kimia beracun yang disemprotkan di area yang telah mencemari makanan yang diambil oleh pasien," pungkasnya.