Amnesty International Indonesia Desak Vaksin <i>Booster</i> Diprioritaskan untuk Tenaga Kesehatan
ILUSTRASI/ANTARA FOTO

Bagikan:

JAKARTA - Deputi Direktur Amnesty Internasional Indonesia Wirya Adiwena mendesak pemberian vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 diprioritaskan untuk kelompok rentan terpapar COVID-19, termasuk tenaga kesehatan bukan pejabat.

Desakan ini muncul setelah sejumlah pejabat mengaku telah disuntik dosis ketiga atau booster di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan kunjungan kerja di Samarinda, Kalimantan Timur.

"Kami mendesak pemerintah untuk memastikan vaksinasi tidak diberikan berdasarkan jabatan atau kekuasaan melainkan diprioritaskan untuk mereka yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar COVID-19, termasuk tenaga kesehatan," kata Wirya dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Rabu, 25 Agustus.

Selain itu, pemerintah juga diminta untuk memastikan pendistribusian vaksin dilakukan secara akuntabel dan transparan. Apalagi berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 25 Agustus, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 dan tenaga kesehatan yang mendapat dosis ketiga baru 33,9 persen.

"Memberikan vaksin ketiga pada pejabat dalam situasi seperti ini tidak bisa dibenarkan dan mencerminkan ketidakpedulian pihak berkuasa atas kebutuh publik," tegas Wirya.

Dia mengingatkan, program vaksinasi COVID-19 harusnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hak asasi manusia. Pemerintah, sambung Wirya, harusnya memprioritaskan pemberian kepada kelompok masyarakat terutama lansia, penyandang difabel, hingga para tahanan yang ada di lapas dan rutan, termasuk tenaga medis di tengah keterbatasan jumlah vaksin.

"Bukan justru memberikan vaksin booster untuk pihak berkuasa," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah pejabat mengaku kepada Presiden Joko Widodo sudah mendapat vaksinasi booster atau dosis ketiga.

Dari tayangan Youtube Sekretariat Presiden, perbincangan ini terjadi di sela agenda peninjauan vaksinasi di Samarinda, Kalimantan Timur. Mereka berbincang di belakang pelantang suara (standing mic), sehingga terdengar saat siaran langsung.

Awalnya, Wali Kota Samarinda Andi Harun mengaku kepada Jokowi, dirinya sudah menjalani vaksinasi dua dosis, ditambah booster vaksin Nusantara yang dikembangkan oleh Terawan Agus Putranto. Jokowi lalu menanggapi pengakuan ini.

"Oh, pantas segar bener. Mendahului kita ini, Pak Wali Kota," kata Jokowi dalam siaran Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 24 Agustus.

Jokowi juga bertanya mengenai booster vaksin kepada Panglima TNI Mersekal Hadi Tjahjanto yang ikut hadir dalam agenda peninjauan vaksinasi tersebut. Hadi menjawab dirinya juga sudah menerima vaksin booster.

"Siap, sudah," jawab Hadi.

Jokowi lalu merespons dengan seloroh. "Enggak ngajak-ngajak kita, ya," ucap Jokowi sambil tertawa.

Bahkan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor yang ikut dalam perbincangan mengaku sudah menerima booster vaksin menggunakan Moderna.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertanya kepada Presiden Jokowi apakah sudah menerima vaksinasi dosis ketiga.

"Sudah booster semua, Pak. Presiden belum, Pak?" tanya Prabowo.

"Enggak, saya nunggu, nunggu Pfizer," jawab Jokowi.