Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai, wajar banyak masyarakat yang menginginkan kenormalan baru dilakukan agar bisa beraktivitas. Karena mereka menganggap pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam masa pembatasan sosial.

Sementara kebutuhan sehari-hari harus tetap dipenuhi. Dengan demikian, mereka ingin melakukan aktivitas lagi guna memenuhi kebutuhan pokok.

"Negara tidak sanggup sediakan social protection, jadi mereka akan maksa buat aktivitas. Sebab, tinggal di rumah itu biayanya jauh lebih mahal dibanding bekerja walaupun berisiko terkena COVID-19. Kelompok menengah kebawah tidak punya pilihan lain, karena tidak punya pendapatan,"  kata Chatib di Jakarta, Kamis 25 Juni.

Hal ini disampaikan Chatib menanggapi hasil survei yang dilakukan Saiful Munjani Research and Consulting (SMRC).  Survei yang dilakukan SRMC terkait kondisi ekonomi di masa pandemi COVID-19 dan respons atas kebijakan pemerintah soal wacana kenormalan baru. 

Survei ini dilakukan pada periode 18-20 Juni 2020 kepada 1.978 responden. Survei dilakukan dengan menghubungi responden lewat telepon. Responden ini merupakan masyarakat yang telah disurvei pada periode sebelumnya. Margin of error dalam survei ini sebesar 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Hasilnya, sebanyak 81 persen responden mengetahui adanya wacana tatanan kehidupan baru, sementara 19 persen lainnya tidak mengetahui. 

Lalu, dari orang yang mengetahui, sebanyak 80 persen di antaranya menginginkan kenormalan baru dilakukan sekarang. Sementara, 14 persen lainnya menginginkan kenormalan baru ditunda dan 6 persen tidak menjawab.

"Dari responden yang ingin new normal ditunda, sebanyak 58 persen di antaranya ingin penundaan dilakukan sampai kasus positif COVID-19 di Indonesia menurun, sisanya ada yang ingin seminggu lagi, beberapa minggu lagi, 2 bulan lagi, 3 bulan, hingga lebih dari 3 bulan," kata Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando dalam rilis survei SMRC secara virtual, Kamis, 25 Juni. 

Masyarakat yang menginginkan masa kenormalan baru paling banyak berasal dari kalangan pendidikan rendah dan pendapatan rendah. Sementara, masyarakat yang menginginkan kenormalan baru ditunda paling banyak berasal dari kalangan pendidikan tinggi dan pendapatan tinggi.