Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan menggodok rencana penerapan kenormalan baru dalam penggunaan moda transportasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kementeriannya bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk menggali masukan dan pendapat atas rencana tersebut. 

"Kolabroasi kementerian jadi kunci utama terhadap mitigasi dampak pandemi dalam tatanan kehidupan baru," kata Budi dalam tayangan video yang disiarkan akun Youtube Kementerian Perhubungan, Selasa, 2 Juni.

Kata Budi, kenormalan baru akan memberikan dua keuntungan, yakni penerapan protokol pencegahan COVID-19 yang meminimalisasi penularan virus corona dan kembalinya aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perekonomian.

"Saya optimis bahwan tatanan kenormalan baru akan beri hikmah lain terhadap ekonomi nasional. Ketika COVID-19 bisa berdampingan, masyarakat bisa kembali beraktivitas di luar rumah namun tetap berupaya aman dari virus," kata Budi.

Kepala Badan Pengembangan dan Penelitian (Litbang) Perhubungan Umiyatun Hayati mengatakan, Kemenhub mendengarkan segala masukan yang akan menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan di sektor transportasi dalam situasi kenormalan baru. 

Masukan tersebut datang dari akademisi, para ahli kesehatan, para operator transportasi, dan stakeholders lainnya, termasuk dari anggota masyarakat. 

"Pertemuan ini nantinya akan ditindak lanjuti dengan rangkaian diskusi dan joint research sehingga dalam jangka pendek diharapkan dapat memberikan masukan tentang evaluasi kebijakan dan persiapan kenormalan baru," kata Hayati.

Vaksin dan teknologi bantu bangkitkan gairah transportasi 

Salah satu masukan datang dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Rektor ITS Muhammad Ashari memprediksi, tingkat mobilisasi masyarakat menggunakan moda transportasi masih lesu hingga 2 tahun mendatang.

Sebab, menurut dia, sampai saat ini vaksin belum juga ditemukan. Sehingga, masyarakat belum dapat dipastikan kebal dari COVID-19 dan memilih untuk mengurangi perjalanan demi mencegah penularan COVID1-19.

Oleh karenanya, pulihnya produktivitas moda transportasi akan seiringan dengan prediksi penemuan vaksin yang diprediksi ada di tahun 2021.

"Selama COVID-19 belum ada vaksin, masyarakat masih belum kebal, maka demand traffic masyarakat akan turun. Akan kembali pada saatnya nanti sekitar 2 tahun lagi namun tidak akan sama persis dengan sebelumnya," kata Ashari.

Selama berupaya memulihkan sektor transportasi, Ashari merasa perlu ada integrasi antara protokol pencegahan COVID-19 dengan inovasi teknologi. Hal ini untuk memudahkan pengimplementasian kenormalan baru dalam angkutan transportasi.

"Contohnya sensor temperatur. Kalau protokol mesti mengatur suhu penumpang, kita bisa menggunakan teknologi kamera, sehingga bisa mendapatkan temperatur masing-masing orang. Ini kalau menjadikan standar di transportasi kita, maka ini akan menjadi lebih fleksibel," ucap dia.

"Demikian juga soal sterilisasi, ITS mengembangkan UV yang bisa dipasang ataupun yang portable untuk bisa mensterilisasi tempat duduk penumpang," tambah Ashari.