JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi kinerja seluruh perusahaan BUMN sebelum menghadapi kondisi kenormalan baru di masa pagebluk COVID-19. Terutama terkait penerapan protokol kesehatan.
Sebab, kata dia, seluruh BUMN baru melengkapi protokol kesehatan pada 27 Mei, atau lewat dua hari dari target yang ditetapkan tanggal 25 Mei. Melihat ada keterlambatan persiapan, Erick merasa perlu mengevaluasi 142 perusahaan pelat merah tersebut.
"Penting untuk monitoring dan evaluasi. Walaupun sudah punya protokol, tetap harus evaluasi. Karena selama belum ditemukan vaksin COVID-19, pasti ada adjustment (penyesuaian) protokol," kata Erick dalam diskusi secara virtual, Jumat, 29 Mei.
Dalam evaluasi tersebut, Erick menegaskan semua BUMN harus punya persiapan penanganan COVID-19 yang serius. Selain itu, harus ada tenggat waktu dalam tahapan bekerja, namun tetap dibuat fleksibel. Sebab, kata dia, seluruh kantor BUMN di Indonesia mesti mematuhi kebijakan PSBB di tiap daerah.
BACA JUGA:
Erick menyadari sebenarnya Indonesia mampu membuat berbagai teknologi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, implementasi dari apa yang dilakukan sering kali menjadi lemah. Ditambah lagi dengan lesunya kondisi perekonomian dalam pagebluk COVID-19. Pun begitu dengan perusahaan BUMN.
Misalnya, perusahaan pesawat mesti mensterilkan pesawatnya dengan disinfektan secara berkala demi mencegah penularan COVID-19. Hal ini jelas mengakibatkan pengeluaran yang lebih besar dari biasanya. Belum lagi menurunnya pendapatan akibat pembatasan kegiatan bepergian.
"Banyak ekonom bilang Indonesia berpotensi jadi negara besar karena memiliki sumber daya alam dan market yang kuat. Tapi, ada kelemahan yakni transformasi teknologi dan mahalnya logistik," jelas Erick.
"Maka, kemarin kami meminta restrukturisasi besar besaran atas kinerja BUMN, tidak hanya cashflow, tapi juga efisiensi dan konsolidasi harus terjadi," tambahnya.