JAKARTA - Kementerian Keuangan pada kuartal II memperkirakan pertumbuhan ekonomi memang akan amblas di kisaran minus 3,8 persen. Sedangkan Badan Pusat Statistik memprediksi angka yang lebih buruk, yakni persen 4,8 persen. Namun, apakah ini pertanda akan terjadi resesi ekonomi?
Resesi ekonomi dapat diartikan sebagai kelesuan ekonomi, di mana terjadi kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) atau pertumbuhan ekonomi riil mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di kurtal III juga mengalami kontraksi, sudah pasti Indonesia akan mengalami resesi. Sebab, dua kali beturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif.
Namun, Sri berharap, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III dan IV dapat membaik atau di atas 0 persen, agar tidak terjadi resesi.
"Technically kita bisa resesi kalau (pertumbuhan ekonomi) kuartal II dan kuartal III minus. Jadi kita coba kuartal III di atas 0 persen," tuturnya, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin, 22 Juni.
Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kuartal II melemah akibat dampak penerapan berbagai kebijakan seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran. Namun, kata dia, kondisi tersebut akan membaik di kuartal III dengan 1,4 persen karena sejumlah daerah telah menerapkan PSBB transisi.
Sementara itu, kata Sri, proyeksi perekonomian minus 1,6 persen pada kuartal III bila masyarakat tidak melakukan konsumsi yang signifikan di masa transisi. Untuk mendukung konsumsi, pemerintah telah mengeksekusi jaring pengamanan kepada 29 persen penerima bantuan sosial.
BACA JUGA:
"Totalnya kami meng-cover 45 persen dari total masyarakat dengan pendapatan terbawah bila dihitung dengan bansos di Jabodetabek," tuturnya.
Sri Mulyani berharap, bantuan sosial ini dapat mempengaruhi konsumsi di tingkat kelompok dengan pendapatan paling rendah. Sehingga, diharapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan berada di kisaran 1,4 persen dengan zona negatif hingga minus 1,6 persen.
Sedangkan untuk kuartal IV, Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas 3 persen. "Untuk kuartal IV sejalan dengan relaksasi serta berbagai program UMKM yang sudah mulai jalan," jelasnya.