JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 paling tinggi hanya bisa menyentuh 0 persen. Namun, terdapat peluang pertumbuhan kuartal III akan jatuh di zona negatif bila tidak berhasil mencapai posisi netral nol persen dan akan memasuki jurang resesi.
"Kuartal III outlook-nya negatif 2 persen sampai 0 persen. Pergeseran dari pergerakan belum terlihat sangat solid," katanya, dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa, 25 Agustus.
Angka tersebut relatif lebih rendah dari estimasi sebelumnya pada 9 Juli. Saat itu, Sri Mulyani menyampaikan ke DPR kalau kuartal III pertumbuhan masih bisa dijaga di kisaran minus 1 sampai positif 1,2 persen.
Perubahan proyeksi pada kuartal III ini sejalan dengan, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2020 yang berada pada kisaran minus 1,1 persen hingga 0,2 persen. Sri mengatakan, perkiraan angka realisasi tersebut sudah mempertimbangkan capaian ekonomi pada kuartal kedua yang minus 5,32 persen.
Jika prediksi Sri Mulyani benar terjadi, maka Indonesia akhirnya akan masuk ke jurang resesi teknikal yaitu kontraksi pertumbuhan di dua kuartal berturut-turut. Di mana pada kuartal II 2020 ekonomi Indonesia di angka minus 5,3 persen.
BACA JUGA:
"Diakui bahwa ini adalah suatu yang cukup berat. Karena di kuartal III, konsumsi masih belum menunjukkan pemulihan seperti yang kita harapkan, dan kita masih punya waktu 1,5 bulan untuk kuartal III ini," katanya.
Namun, meski prediksi menunjukkan resesi sudah di depan mata, Sri Mulyani bilang masih ada beberapa cara untuk menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi. Menurut dia, selama konsumsi yang memiliki kontribusi 57,9 persen PDB dan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,3 persen PDB bisa dijaga, maka pertumbuhan kuartal III bisa mencapai nol persen bahkan positif.
"Sangat tergantung dari pada gerakan konsumsi dan investasi dari sisi domestik demand-nya. Ini menjadi pusat perhatian kita di kuartal III dan kuartal IV," tuturnya.